Gaborone (ANTARA News) - Populasi gajah di Bostwana meningkat tajam antara tahun 1992 dan 2012, sementara spesies hewan lain merosot atau tak berubah, demikian hasil survei melalui udara.

Menurut kantor berita resmi Botswana pada Selasa (10/9), satu studi dengan judul Aerial Census of Animals in Botswana/Dry Season 2012 telah melakukan pengamatan atas 26 spesies hewan termasuk hewan buas antara lain banteng, sejenis rusa, gajah, kijang orix, jerapah dan zebra, serta ternak seperti sapi, keledai, kuda, domba dan kambing.

Wakil Direktur di Departemen Margasatwa dan Taman Nasional Cyril Taolo, sebagaimana dikutip, mengatakan populasi gajah nasional berjumlah 207.545, "perubahan 297 persen antara 1992 dan 2012". Gajah tersebut terpusat di bagian utara dan tengah negeri tersebut.

Taolo juga mengatakan dengan populasi gajah sebanyak itu, Botswana perlu menangani hewan tersebut secara hati-hati dan memantau dampaknya pada lingkungan hidup, sebab gajah dapat menimbulkan ancaman bukan hanya pada lingkungan hidup, tapi juga pada spesies hewan lain dan kehidupan manusia.

Xinhua melaporkan, pemerintah Botswana pada 2012 mengumumkan negara itu akan melarang perburuan komersial mulai Januari 2014 karena keprihatinan besar mengenai kemerosotan tajam spesies satwa liar.

Larangan tersebut menimbulkan keprihatinan dan sebagian orang khawatir itu bisa membuat populasi satwa liar seperti gajah akan berkembang dengan angka yang tak terkendali.

Beredar laporan bahwa di dalam masyarakat yang tinggal di sekitar habitat gajah, ada masalah konflik manusia-satwa liar sebab gajah membunuh manusia dan merusak tanaman.

Namun Taolo mengesampingkan keprihatinan tersebut dan mengatakan perburuan tak dilarang untuk mengatur populasi gajah, tapi bagi kemaslahatan masyarakat yang tinggal di daerah margasatwa.

Migrasi gajah, yaitu lingkungan hidup yang kondusif diciptakan di negara tetangga guna menarik perhatian gajah agar menyeberang, adalah salah satu metode yang dapat diterapkan untuk mengendalikan populasi gajah, katanya.

Ia menambahkan larangan berburu hanya bersifat sementara untuk memantau penurunan spesies hewan tertentu, demikian seperti dilaporkan Xinhua.


Penerjemah: Chaidar Abdullah

Editor: Heppy Ratna Sari
Copyright © ANTARA 2013