Lalu kadar Polycyclic aromatic hydrocarbons (PAHs) dalam urin masyarakat sudah mencapai 30 kali lipat dari yang disarankan oleh WHO."
Jakarta (ANTARA News) - Ketua Komite Penghapusan Bensin Bertimbal (KPBB) Ahmad Syafrudin menyatakan bahwa kualitas udara di DKI Jakarta sudah sangat parah dan semakin memburuk akibat pencemaran udara dari asap kendaraan bermotor.

"Berdasarkan riset yang dilakukan Universitas Indonesia pada 2006, menunjukkan bahwa udara di DKI Jakarta sudah jauh di bawah garis rata-rata layak untuk paru-paru," kata pria yang akrab disapa Puput tersebut kepada Antara, usai forum diskusi mengenai kebijakan fuel economy di Jakarta, Kamis.

Riset tersebut dilakukan untuk memeriksa kadar hidrokarbon yang ada di udara di wilayah DKI Jakarta.

Berdasarkan riset tersebut Puput mengungkapkan bahwa urin masyarakat DKI Jakarta sudah mengandung hidrokarbon sebanyak empat kali lipat lebih tinggi dari yang diperbolehkan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO).

"Lalu kadar Polycyclic aromatic hydrocarbons (PAHs) dalam urin masyarakat sudah mencapai 30 kali lipat dari yang disarankan oleh WHO," tambah Ahmad Syafrudin.

Berdasarkan penelitian tersebut maka terbuktilah bahwa kualitas udara di wilayah DKI Jakarta sudah sangat buruk dan jauh dari kelayakan.

Ia mengungkapkan bahwa ada cara yang paling mudah untuk mengetahui indikator buruknya udara di Jakarta.

Menurut dia, bila masyarakat menggunakan transportasi umum atau sedang berjalan kaki di pusat kota, lalu mencium bau bensin menempel pada pakaian dan kulit, itu sudah menandakan bahwa polusi udara di lokasi tersebut sudah sangat parah.

Lebih lanjut Ahmad Syafrudin memaparkan bahwa hasil penelitian yang dilakukan kelomoknya bersama dengan United States - Environmental Protection Agency (UNEP US- EPA) dan Kementerian Lingkungan Hidup mencatat sekitar lima juta penduduk Indonesia menderita penyakit yang terkait dengan pencemaran udara.

"Penelitian pada 2010 itu mencatat 57,8 persen atau setara dengan sekitar lima juta penduduk Indonesia mengalami penyakit akibat polusi udara," imbuh Ahmad Syafrudin. (M048/Z002)

Pewarta: Maria Rosari
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2013