Trenggalek  (ANTARA News) - Ratusan warga Trenggalek, Jawa Timur, Jumat, menyaksikan ritual larung atau penenggelaman kepala kerbau ke dasar sungai di Dam Bagong, yaitu upacara adat menghormati leluhur daerah setempat, Raden Menak Sopal.

Upacara sejak pagi hingga siang itu menarik perhatian warga dan sebagian saling berebut potongan kepala, kulit beserta beberapa bagian tubuh kerbau yang ditenggelamkan di dasar pusaran Dam Bagong yang berkedalaman sekitar dua hingga tiga meter.

"Ini sudah menjadi tradisi turun temurun karena dengan dibangunnya Dam Bagong ini masyarakat Trenggalek, terutama para petani bisa mengairi sawah dengan mudah," kata Jafar, pemuda peserta rebutan sesaji.

Rangkaian upacara adat di Dam Bagong sekaligus menjadi bagian acara hari jadi Kabupaten Trenggalek yang jatuh pada 30 Agustus.

Selain melarung sesaji berupa kepala kerbau, ritual adat juga diwarnai kegiatan "nyekar" di makam Raden Menak Sopal yang dalam sejarahnya dikenal sebagai Bupati (Adipati) pertama di Trenggalek.

Ritual itu merupakan wujud rasa syukur masyarakat serta pemerintah setempat atas jasa Adipati Menak Sopal yang berhasil membangun jaringan irigasi dam Bagong, sehingga bermanfaatcukup besar bagip pertanian di Trenggalek.

"Dampak dari Dam Bagong itu sampai saat ini masih bisa dirasakan, terutama bagi pertanian di wilayah kota, makanya banyak yang menyebut Menak Sopal itu adalah pahlawan pertanian di Kabupaten Trenggalek," kata Kabag Humas dan Protokol Pemkab Trenggalek, Yuli Priyanto.

Dijelaskan, sebelum melakukan upacara pelemparan kepala kerbau, rangkaian acara di dahului dengan kirab kerbau bule (putih) keliling Kelurahan Ngantru, Trenggalek yang dilakukan oleh para petani, selanjutnya malam harinya dilakukan pegelaran wayang kulit semalam suntuk.

"Kemudian Jumat pagi tadi, setelah subuh dilanjutkan dengan penyembelihan kerbau dan sekitar pukul 07.00 WIB dilakukan ruwatan serta ziarah ke makam Menak Sopal," ujarnya.

Kisah Menak Sopal terdiri dari beberapa versi, dari salah satu cerita rakyat, upaya pembangunan Dam Bagong itu merupakan salah satu cara Menak Sopal untuk menyebarkan agama Islam karena pada masa itu, sebagian petani di Trenggalek banyak yang gagal panen akibat kesulitan mendapatkan air.

Melihat peluang itu, Menak Sopal berinisiatif membendung Sungai Bagong, dengan harapan krisis air di Trenggalek dapat teratasi.

"Cara itu ternyata cukup efektif untuk menyebarkan agama Islam dan bisa merangkul seluruh masyarakat. Sedangkan kepala kerbau yang dilempar tersebut sebagai simbol pengganti dari kepala gajah putih, yang pada saat pembangunan dam dipakai sebagai tumbal," ujar Yuli.

Adipati Menak Sopal meninggal pada tahun 1490 Saka atau 1568 Masehi dan dimakamkan di dekat Dam Bagong.

Pewarta: Slamet Agus Sudarmojo
Editor: Aditia Maruli Radja
Copyright © ANTARA 2013