Kesalehan dalam konteks komodifikasi meningkatkan nilai yang dilegitimasi oleh kesalehan atau polarisasi. Mereka mendapatkan value dari agama itu sendiri
Jakarta (ANTARA) - Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) mengungkapkan kesalehan aktor-aktor politik memiliki nilai jual dalam setiap kontestasi pemilihan umum untuk memikat suara para pemilih.

Peneliti Pusat Riset Masyarakat dan Budaya BRIN, Karman, mengatakan komodifikasi agama ditonjolkan dalam bentuk sosiologis, seperti yang pernah terjadi dalam Pemilu 2019.

"Mereka menonjolkan kesalehan dengan dimensi keyakinan kepada Tuhan, kemudian bagaimana mereka melakukan ibadah-ibadah ritual, melaksanakan doa, shalat, membaca Alquran, termasuk membaca kalimat-kalimat zikir, kepercayaan, dan sebagainya," kata Karman dalam forum diskusi budaya di Jakarta, Senin.

Melalui riset komodifikasi kesalehan yang dilakukan pada Pemilu 2019, BRIN mencatat bahwa pada aktor politik tidak menonjolkan agama mereka apa, tetapi mereka mengekspresikan kesalehan.

Baca juga: BRIN: Kesalehan jadi instrumen politik kontestasi pemilu

Karman menilai kesalehan dianggap perlu oleh para aktor politik karena memiliki daya untuk dijual kepada masyarakat.

Konteks komodifikasi kesalehan tidak hanya terjadi di Indonesia, tetapi juga terjadi di negara-negara barat dengan sistem demokrasi yang sudah dewasa dan mapan.

"Ada narasi-narasi agama di dalam menentukan pilihan politik mereka," katanya.

Lebih lanjut Karman menuturkan bahwa agama memiliki keterkaitan dengan dinamika politik karena punya kemampuan untuk memasarkan produk politik kandidat.

Seperti yang terjadi dalam berbagai pemilihan umum, aktor politik yang mengikuti kontestasi kerap kali menggunakan simbol-simbol agama terutama Islam.

Bahkan, mereka yang tidak menjadi bagian dari agama Islam berusaha untuk menonjolkan atribut-atribut kultural seperti yang digunakan oleh umat muslim.

"Walaupun mereka tidak berharap mendapatkan dukungan politik dari muslim, tetapi itu setidaknya mengurangi sensi atau penolakan dari muslim terhadap pencalonan mereka," kata Karman.

"Kesalehan dalam konteks komodifikasi meningkatkan nilai yang dilegitimasi oleh kesalehan atau polarisasi. Mereka mendapatkan value dari agama itu sendiri," pungkasnya.

Baca juga: BRIN: Kesalehan capres-cawapres jadi daya jual dalam berpolitik di RI
Baca juga: Kesalehan sosial elite politik

Pewarta: Sugiharto Purnama
Editor: Indra Gultom
Copyright © ANTARA 2024