Srinagar, India (ANTARA News) - Sejumlah orang, termasuk seorang wartawan foto AFP, cedera Jumat di Kashmir India ketika pasukan pemerintah menggagalkan pawai di daerah selatan untuk memprotes pemberlakuan jam malam, kata polisi dan saksi.

Seorang pemimpin utama separatis, Mirwaiz Umar Farooq, menyerukan pawai massal menuju Shopian, sekitar 45 kilometer dari ibu kota Kashmir India, Srinagar, untuk memprotes pemberlakuan jam malam 12 hari di daerah tersebut, lapor AFP.

Pasukan kepolisian dan paramiliter menembakkan gas air mata dan senapan udara untuk mencegah ratusan pemrotes pelempar batu di daerah Nowhatta di kota tua Srinagar melanjutkan aksi pawai mereka.

"Dua orang cedera, termasuk satu orang yang terkena peluru gotri," kata kepala kepolisian Kashmir Abdul Gani Mir kepada AFP.

Namun, sejumlah saksi mengatakan, beberapa orang cedera akibat tembakan polisi.

Korban-korban yang terluka mencakup wartawan foto AFP Tauseef Mustafa dan seorang kamerawan yang bekerja untuk Press TV Iran, keduanya terkena lemparan batu di kepala dan membutuhkan jahitan namun tidak dalam keadaan serius.

Pihak berwenang memberlakukan larangan keluar rumah di Shopian sejak 8 September, sehari setelah pasukan paramiliter India membunuh empat orang di kota itu.

Kawasan tersebut tegang sejak saat itu. Korban semula disebut-sebut pihak berwenang sebagai pemberontak namun tiga orang dari mereka diidentifikasi kemudian sebagai pelajar setempat.

Lebih dari 47.000 orang -- warga sipil, militan dan aparat keamanan -- tewas dalam pemberontakan muslim di Kashmir India sejak akhir 1980-an.

Pejuang Kashmir menginginkan kemerdekaan wilayah itu dari India atau penggabungannya dengan Pakistan yang penduduknya beragama Islam.

New Delhi menuduh Islamabad membantu dan melatih pejuang Kashmir India. Pakistan membantah tuduhan itu namun mengakui memberikan dukungan moral dan diplomatik bagi perjuangan rakyat Kashmir untuk menentukan nasib mereka sendiri.

India dan Pakistan sama-sama mengklaim Kashmir, yang menjadi penyebab perang antara mereka sejak kemerdekaan dari Inggris pada 1947.

Perbatasan de fakto memisahkan zona-zona Kashmir antara yang dikuasai India dan Pakistan.

Dua dari tiga perang antara kedua negara itu meletus karena masalah Kashmir, satu-satunya negara bagian yang berpenduduk mayoritas muslim di India yang penduduknya beragama Hindu.

Serangan-serangan pada 2008 di Mumbai, ibukota finansial dan hiburan India, telah memperburuk hubungan antara India dan Pakistan.

New Delhi menghentikan dialog dengan Islamabad yang dimulai pada 2004 setelah serangan-serangan Mumbai pada November 2008 yang menewaskan lebih dari 166 orang.

India menyatakan memiliki bukti bahwa "badan-badan resmi" di Pakistan terlibat dalam perencanaan dan pelaksanaan serangan-serangan itu -- tampaknya menunjuk pada badan intelijen dan militer Pakistan. Islamabad membantah tuduhan tersebut.

Sejumlah pejabat India menuduh serangan itu dilakukan oleh kelompok dukungan Pakistan, Lashkar-e-Taiba, yang memerangi kekuasaan India di Kashmir dan terkenal karena serangan terhadap parlemen India pada 2001. Namun, juru bicara Lashkar membantah terlibat dalam serangan tersebut.


Penerjemah: Memet Suratmadi

Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2013