Baghdad (ANTARA News) - Pemboman yang ditujukan pada pelayat Sunni di Baghdad menewaskan sedikitnya tujuh orang, Senin, kata sejumlah pejabat, serangan ketiga terhadap pemakaman di ibu kota Irak tersebut dalam beberapa hari ini.

Ledakan yang terjadi di daerah Adhamiyah di Baghdad utara itu juga mencederai sedikitnya 20 orang, menurut AFP berdasarkan sumber-sumber itu.

Kekerasan itu merupakan yang terakhir dari gelombang serangan terburuk di Irak sejak 2008 yang tahun ini telah menewaskan lebih dari 4.300 orang.

Serangan itu terjadi setelah pemboman bunuh diri pada pemakaman Sunni di Baghdad menewaskan sedikitnya 12 orang pada Minggu.

Serangan-serangan itu terjadi setelah dua ledakan yang ditujukan pada pelayat di Kota Sadr, sebuah daerah Syiah di Baghdad utara, menewaskan sedikitnya 73 orang dan melukai lebih dari 200 pada Sabtu.

Jumat, dua bom meledak di masjid Sunni di dekat Samarra, sebelah utara Baghdad, menewaskan 18 orang.

Kekerasan Senin itu merupakan yang terakhir dari gelombang pemboman dan serangan bunuh diri di tengah krisis politik antara Perdana Menteri Nuri al-Maliki dan mitra-mitra pemerintahnya dan pawai protes selama beberapa pekan yang menuntut pengunduran dirinya.

Lebih dari 800 orang tewas dalam serangan-serangan selama Agustus, yang telah menjadi salah satu bulan paling mematikan di Irak.

Berdasarkan data yang dihimpun PBB dan pemerintah Irak, Juli merupakan bulan paling mematikan dalam lima tahun dengan jumlah korban tewas lebih dari 1.000 orang.

Jumlah kematian akibat serangan-serangan di Irak telah melampaui 4.200 orang sejak awal tahun ini.

Gelombang serangan di Irak meningkat sejak awal tahun ini, dan menurut laporan PBB, lebih dari 2.500 orang tewas dari April hingga Juni saja, jumlah tertinggi sejak 2008.

Jumlah kematian pada Maret mencapai 271, sementara sepanjang Februari, 220 orang tewas dalam kekerasan di Irak, menurut data AFP yang berdasarkan atas keterangan dari sumber-sumber keamanan dan medis.

Irak dilanda kemelut politik dan kekerasan yang menewaskan ribuan orang sejak pasukan AS menyelesaikan penarikan dari negara itu pada 18 Desember 2011, meninggalkan tanggung jawab keamanan kepada pasukan Irak.

Selain bermasalah dengan Kurdi, pemerintah Irak juga berselisih dengan kelompok Sunni.

Perdana Menteri Irak Nuri al-Maliki (Syiah) sejak Desember 2011 mengupayakan penangkapan Wakil Presiden Tareq al-Hashemi atas tuduhan terorisme dan berusaha memecat Deputi Perdana Menteri Saleh al-Mutlak. Keduanya adalah pemimpin Sunni, demikian AFP melaporkan.

(SYS/M014)

Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2013