dalam uji coba selama 18 bulan terbukti mengurangi hingga separoh kasus malaria pada anak-anak dan menurunkan hingga seperempat kasus malaria pada bayi.
London (ANTARA News) - Produsen farmasi asal Inggris GlaxoSmithKline (GSK) akan memasarkan vaksin malaria pertama di dunia tahun depan, setelah hasil percobaan menunjukkan vaksin itu berhasil menurunkan kasus malaria di kalangan anak-anak di Afrika.

Vaksin bernama RTS,S itu dalam uji coba selama 18 bulan terbukti mengurangi hingga separoh kasus malaria pada anak-anak dan menurunkan hingga seperempat kasus malaria pada bayi.

"Berdasar data-data ini, GSK pada 2014 berniat untuk mengajukan aplikasi ke Badan Perobatan Eropa (EMA)," kata GSK yang telah mengembangkan vaksin ini selama tiga dasawarsa, dalam sebuah pernyataan.

Ditambahkannya, badan kesehatan Perserikatan Bangsa-Bangsa yang berbasis di Jenewa (WHO) telah mengindikasikan akan merekomendasikan penggunaan vaksin RTS,S pada awal 2015 jika EMA mendukung aplikasi izinnya.

Malaria, penyakit parasitik yang ditularkan lewat nyamuk membunuh ratusan ribu orang setiap tahun, terutama bayi di negara-negara miskin di benua Afrika. Para peneliti mengatakan vaksin yang efektif merupakan kunci untuk memberantas penyakit ini.

Namun harapan agar RTS,S menjadi jawaban terakhir untuk masalah ini terganjal tahun lalu, ketika hasil percobaan terhadap 6.537 bayi berusia enam hingga 12 minggu hanya menunjukkan kadar perlindungan yang rendah, menurunkan kasus penularan sebanyak 30 persen, dibandingkan imunisasi dengan vaksin kontrol.

Hasil percobaan yang merupakan uji coba klinis terbesar di Afrika dengan melibatkan sekitar 15.500 anak-anak di tujuh negara, diungkapkan dalam sebuah pertemuan medis di Durban, Afrika Selatan.

GSK mengembangkan RTS,S bersama lembaga non profit PATH Inisiatif Vaksin Malaria (MVI), dengan dana dari Yayasan Bill & Melinda Gates untuk MVI.

"Jutaan kasus malaria dirawat di rumah sakit kami. Beberapa kemajuan sudah dibuat dengan memasang kelambu serta langkah-langkah lain, namun kami memerlukan cara lain utnuk mengatasi penyakit ini," kata Halidou Tinto, ketua peneliti uji coba RTS,S dari Burkina Faso.

Data dari uji coba sebelumnya menunjukkan keampuhan vaksin itu tercatat 65 persen untuk bayi yang dianalisa enam bulan setelah vaksinasi, dan hanya sekitar 50 persen dalam masa lima hingga 17 bulan.

Data selanjutnya tahun ini menunjukkan efektivitas RTS,S berkurang sesuai umur, dan hanya melindungi 16,8 persen anak-anak usia lebih dari empat tahun.

Meski demikian, wakil presiden pengembangan produk PATH David Kaslow mengatakan RTS,S akan melengkapi upaya-upaya untuk mengendalikan malaria, disamping upaya lain seperti penggunaan kelambu, insektisida dan obat-obat anti-malaria.

"Dengan tingginya kasus malaria pada anak-anak di Afrika, kami tidak bisa mengabaikan hasil percobaan yang menunjukkan kepada kami potensi RTS,S untuk secara signifikan mempengaruhi kesehatan jutaan anak-anak di Afrika," katanya dalam sebuah pernyataan.

"Percobaan ini menunjukkan bahwa vaksin malaria berpotensi memberi keuntungan penting di luar keuntungan yang sudah diberikan oleh media lain yang digunakan."

Jika terbukti, vaksin ini sepertinya akan menjadi garis dasar bagi GSK. GSK berjanji jika RTS,S mendapat izin pemasaran, vaksin ini akan dijual dengan harga pabrik plus keuntungan lima persen yang selanjutnya akan diinvestasikan untuk penelitian malaria.

(Uu.SYS/C/S022/A/H-AK) 08-10-2013 11:43:28

Editor: Ella Syafputri
Copyright © ANTARA 2013