... kami menyatakan penyesalan terdalam... "
Nusa Dua, Bali (ANTARA News) - Presiden Filipina, Benigno Aquino, menyatakan penyesalannya atas penyanderaan di Manila yang menewaskan delapan warga Hong Kong pada 2010, tetapi pemimpin Hong Kong mengatakan kata-kata Aquino tidak cukup.

Aquino menyampaikan pernyataannya pada pertemuan dengan Kepala Eksekutif Hong Kong, Leung Chun-ying, selama 30 menit pada KTT APEC 2013, di Nusa Dua, Bali, Selasa.

"Sekali lagi, kami menyatakan penyesalan terdalam (dan berkata) hal itu sangat bertentangan dengan bagaimana kami memperlakukan para pengunjung di negara kami," kata Aquino, kepada wartawan Filipina, menurut transkrip wawancara yang dirilis kantornya, Selasa.

Aquino mengatakan kepada Leung, permintaan maaf tersebut bukan berarti Filipina bersalah sebagai negara, sebagai pemerintah, dan sebagai individu.

"Kami menyatakan, bahwa dari sudut pandang kami, ada satu pria bersenjata yang bertanggung jawab atas tragedi ini," kata Aquino.

Pada 2011, Aquino mengeluarkan pernyataan penyesalan serupa, namun bersikeras tidak akan ada permintaan maaf resmi yang akan disampaikan.

Ketika ditanya apakah Leung menerima penyesalannya, Aquino mengatakan kurang lebih demikian.
Namun Leung memberikan penilaian kurang positif terhadap pembicaraan mereka.

"Pihak Filipina sejak awal mengambil posisi masalah telah selesai. Saya tidak setuju," kata Leung kepada wartawan Hong Kong, di Bali.

"Saya percaya, dan saya menganggap kasus seperti pandangan Filipina, bahwa masalah ini, kecuali diselesaikan dengan baik, akan terus menghalangi hubungan normal antara Hong Kong dan Filipina," ujarnya.

Hong Kong telah lama menuntut permintaan maaf resmi ditambah kompensasi untuk keluarga korban meninggal dan terluka.

Seorang mantan polisi yang tidak puas membajak sebuah bus wisata, yang berisi wisatawan Hong Kong di Manila pada 2010, karena putus asa dan ingin mendapatkan kembali pekerjaannya.

Setelah negosiasi panjang, polisi melancarkan serangan ceroboh yang menewaskan pria bersenjata dan delapan sandera berkewarganegaraan Hong Kong, serta tujuh orang lainnya terluka.

Pada Agustus, korban selamat dan kerabat dari korban meninggal menggugat pemerintah Filipina di pengadilan Hong Kong untuk menuntut kompensasi dan permintaan maaf resmi.

Insiden ini membuat marah Hong Kong, wilayah dengan 250.000 imigran Filipina yang kerja dan kebanyakan dari merekaadalah pembantu rumah tangga.

Pemerintah Hong Kong terus memperingatkan warganya agar tidak bepergian ke Filipina.

Masalah ini muncul lagi minggu ini, selama KTT APEC di Bali, ketika Indonesia mencabut izin peliputan sembilan wartawan Hong Kong yang bertanya dengan berteriak kepada Aquino tentang insiden itu.

Aquino mengatakan, Senin, bahwa dia setuju dengan pencabutan izin tersebut.

"Di mana pun kami berada, kami harapkan untuk dapat menyesuaikan diri dengan norma-norma perilaku tertentu," katanya, yang menambahkan bahwa para wartawan tersebut "sangat agresif".

Editor: Ade P Marboen
Copyright © ANTARA 2013