Pendistribusian air bersih kami utamakan kepada warga yang belum memperoleh pasokan air bersih.
Bojonegoro (ANTARA News) - Sedikitnya 15 kecamatan atau sekitar 47.040 jiwa di Kabupaten Bojonegoro, Jawa Timur, mengalami krisis air bersih sejak sebulan terakhir.

Menurut data Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Bojonegoro, wilayah terparah yang mengalami krisis air bersih yaitu lima desa di Kecamatan Sugihwaras dengan jumlah warga terdampak mencapai 10.000 jiwa lebih. Selain itu, enam desa di Kecamatan Ngasem dan empat desa di Kecamatan Ngraho.

"Pendistribusian air bersih kami utamakan kepada warga yang belum memperoleh pasokan air bersih. Warga yang sudah pernah memperoleh pasokan air bersih tetap bisa memperoleh pasokan kembali, tapi pelaksanaannya menunggu pasokan lainnya rampung," kata Kepala Bidang Rehabilitasi Sosial dan Peningkatan Kesejahteraan Sosial Disnakertransos Bojonegoro, Dwi Harningsih, Senin.

Ia menjelaskan pihaknya memasok air bersih kepada warga yang kesulitan air bersih dengan memanfaatkan tiga truk tangki air yang masing-masing kapasitasnya 5.000 liter. Selain itu, BPBD juga melakukan hal yang sama dengan memanfaatkan dua truk tangki.

"Kami melengkapi warga yang daerahnya mengalami kekeringan dengan 140 tandon air yang kapasitasnya masing-masing tandon sekitar 2.000 liter, kata Kepala BPBD Bojonegoro Amir Syahid menambahkan.

Keberadaan tandon air, katanya, cukup bermanfaat, sebab pendistribusian air bisa ditempatkan di tandon dan warga hanya tinggal mengambil.

"Kalau tidak ada tandon air warga harus mengantre di truk tangki, sehingga bagian pendistribusian air juga harus menunggu," ujarnya.

Menjawab pertanyaan, Dwi memperkirakan jumlah warga yang kesulitan air bersih masih akan bertambah karena hujan masih belum turun.

"Kebiasaan di tahun-tahun lalu pendistribusian air bersih masih terus berlangsung sampai Desember, meskipun hujan sudah mulai turun," jelasnya.

"Pemkab berusaha merealisasikan pembangunan 1.000 embung yang merupakan salah satu usaha mengatasi terjadinya kekeringan di musim kemarau," jelasnya.

Pewarta: Slamet Agus Sudarmojo
Editor: Ella Syafputri
Copyright © ANTARA 2013