Lebak (ANTARA News) - Indonesia belum memiliki data gigitan ular berbisa untuk laporan Organisasi Kesehatan Dunia  (WHO).

"Semestinya, kita sudah memiliki data pasti jumlah kasus gigitan ular itu dan bisa melaporkan kepada WHO," kata Kepala Departemen Patologi Klinik FKUI-RSCM Prof Rahajuningsih Dharma Setiabudy di Rangkasbitung, Kabupaten Lebak, Senin.

Rahajuningsih mengemukakan hal itu  pada seminar "Penatalaksanaan Terpadu pada Kasus Gigitan Ular dan Komplikasinya".

Ia mengatakan angka kematian yang tinggi disebabkan berbagai faktor antara lain mitos bahwa digigit ular dianggap kutukan Tuhan.

Faktor lainya, korban gigitan ular berbisa tidak langsung dibawa ke sarana kesehatan, melainkan pergi ke dukun.

Sebagai perbandingan, data WHO menyebutkan  kasus gigitan ular berbisa di India sebanyak 2 juta kasus/tahun.

Di negara Vietnam kasus serupa sekitar 30 ribu orang/tahun, sedangkan di Thailand korban gigitan ular berbisa bisa mencapai enam ribu orang/tahun.

Pewarta: Mansyur
Editor: Aditia Maruli Radja
Copyright © ANTARA 2013