Jakarta (ANTARA News) - Kelompok masyarakat yang peduli dengan hewan liar memuji tindakan Jokowi baru-baru ini untuk menertibkan pertunjukan topeng monyet.

Benvika, Ketua Jakarta Animal Aid Network (JAAN) mengapresiasi langkah Jokowi dan mengatakan bahwa sudah sepatutnya hewan tersebut dikembalikan ke habitatnya.

Irma Hermawati dari Profauna juga mengucapkan terima kasih atas langkah yang dilakukan Jokowi.

"Buat Kami sirkus satwa adalah sesuatu yang kejam, selain itu ada penyakit yang bisa ditularkan...kami ucapkan terima kasih untuk langkah ini," kata Irma saat diwawancarai ANTARA News, Kamis.

Namun, Irma mengkritik pernyataan Jokowi yang mengatakan bahwa hewan tersebut 'dibeli', menurutnya itu memberikan kesan bahwa hewan itu memang diperjualbelikan.

"Kami sangat menyayangkan ada pernyataan Jokowi untuk 'membeli' monyet-monyet tersebut, baiknya menggunakan kata mengganti modal usaha lain saja, ini menyangkut kekhawatiran kami kalau ini memang dijual dan dibeli," kata Irma.

Selain itu kedua kelompok pecinta hewan ini menunggu langkah Jokowi untuk memberantas perdagangan hewan liar di Pasar Burung Pramuka, Jatinegara, dan Pasar Barito, Jakarta.

"Diperlukan peran pak Jokowi beserta Satpol PP untuk melakukan penertiban di pasar-pasar tersebut," kata Irma.

Pihak pecinta hewan ini juga berharap bahwa monyet-monyet tersebut hanya ditempatkan sementara di Ragunan, mengingat habitat sesungguhnya dari satwa liar ini adalah alam bebas.

"Kami berharap Ragunan hanya menjadi tempat rehabilitasi sementara saja, karena tempat rehabiltasi sesungguhnya ada di hutan atau pulau-pulau kosong, biasanya di daerah Lampung," tambah Irma.

Benvika juga mengharapkan tidak hanya para pawang topeng monyet, akan tetapi tiap orang yang memelihara satwa liar agar menyerahkannya ke Kementerian Kehutanan atau ke LSM yang bergerak di bidang ini.

"Meskipun diperlakukan seperti anak sendiri, tempat mereka adalah di alam bebas. Sangat berbahaya jika hewan liar ini terlepas dari pengawasan pemeliharanya, ada yang menimbulkan korban jiwa juga, seperti di Palmerah dulu," kata Benvika.

Pewarta: Alviansyah Pasaribu
Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2013