Belum ada kesepakatan final. Kalau perusahaan-perusahaan Amerika Serikat dan Eropa memberikan penawaran yang lebih baik, kami akan meneruskan pembicaraan dengan mereka,"
Ankara (ANTARA News) - Turki pada Sabtu mengatakan pihaknya membuka tender terkait rencananya membangun sistem anti-peluru kendali jarak jauh pertama, jika perundingan yang tengah dijalankannya dengan China --dan penuh perdebatan itu-- tidak menghasilkan apa-apa.

"Belum ada kesepakatan final. Kalau perusahaan-perusahaan Amerika Serikat dan Eropa memberikan penawaran yang lebih baik, kami akan meneruskan pembicaraan dengan mereka," kata Menteri Luar Negeri Ahmet Davutoglu, seperti dikutip koran-koran Turki.

Bulan lalu, dalam langkah yang membuat kecewa sekutu-sekutu Turki di NATO, terutama Amerika Serikat, Ankara mengumumkan bahwa pihaknya sudah memulai perundingan dengan perusahaan China Precision Machinery Export-Import Corporation (CPMIEC) untuk membeli sistem anti-peluru kendali jarak jauh.

AS mengatakan pihaknya memiliki "keprihatinan serius" tentang kesepakatan, yang diperkirakan bernilai 4 miliar dolar AS (Rp44 triliun) itu.

Dalam satu dekade terakhir, AS telah memukul perusahaan China tersebut dengan menerapkan serangkaian sanksi atas penjualan persenjataan dan teknologi peluru kendali ke Iran dan Suriah.

CPMIEC, yang membuat sistem peluru kendali HQ-9, memenangi kompetisi dengan mengalahkan perusahaan kemitraan AS, Raytheon dan Lockheed Martin, Rosoboronexport milik Rusia dan konsorsium Italia-Prancis, Eurosam.

Davutoglu mengatakan Turki telah mengesampingkan perusahaan Rusia tersebut namun belum melakukan hal yang sama terhadap dua pihak sisanya.

"Kalau tawarannya lebih cocok bagi kami, pihak-pihak berwenang yang terkait akan melakukan evaluasi terhadap tawaran tersebut," kata Menteri Davotoglu.

Perdana Menteri Turki Recep Tayyip Erdogan pada Rabu membela keputusan Ankara untuk memulai perundingan dengan China.

"Tidak ada pihak manapun yang berhak melakukan campur tangan dalam keputusan-keputusan independen (Turki)," tegasnya. dikutip AFP.

(T008)

Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2013