Samarinda (ANTARA News) - Hutan Gunung Meratus, Kalimantan Timur, memiliki keragaman hayati (bio-diversity) luar biasa, termasuk menjadi lokasi diliarkannya kembali orangutan (Pongo pygmaeus) yang selesai menjalani latihan di Pusat Rehabilitasi dan Reintoduksi Wanariset Samboja, kata Wakil Bupati Kutai Barat (Kubar), Didik Effendi. "Namun, kini kondisinya cukup memprihatinkan akibat illegal logging, sehingga Pemkab Kutai Barat menilai untuk menyelamatkannya perlu badan pengelola (BP) terhadap Hutan Lindung Gunung Beratus (HLGB)," ujarnya di Melak, Kaltim. Ia menjelaskan bahwa mendorong terbentuknya Badan Pengelola (BP) HLGB itu, maka upaya untuk merealisasikan kini menjadi tugas Tim Program Kerja (Tim Pokja) yang terdiri dari berbagai unsur terkait termasuk Pemkab Kubar. "Saya juga sangat prihatin dengan masalah illegal logging yang ada di sekitar HLGB itu. Jika saya jalan melewati sepanjang jalan daerah itu, maka masih banyak ditemukan truk-truk yang membawa kayu-kayu besar, seperti ulin. Harus ada upaya preventif, sehingga tidak terjadi kerusakan hutan lindung lebih lanjut di kawasan ini," paparnya. Data survei sebuah yayasan perduli terhadap orangutan, Yayasan BOS (The Borneo Orangutan Survival Foundation), dari Australia pada 2005 mencatat banyaknya kayu pohon yang ditebang per harin di kawasan itu diperkirakan mencapai 106 meter kubik hingga 159 meter kubik. Luas areal penebangan per hari di kawasan itu juga diperkirakan mencapai hingga 3,975 hektare hingga 4,24 hektare, sedangkan besarnya peredaran uang per hari dari hanya kayu berbentuk blambangan saja diperkirakan mencapai Rp53 juta sampai Rp79 juta. "Namun, penanganan masalah illegal logging sangat tidak sederhana, karena rakyat juga ikut menikmatinya, jadi kita berada pada posisi dilematis. Bisa-bisa rakyat melakukan aksi demo besar-besaran apabila langsung diambil tindakan keras, jadi butuh suatu BP untuk secara komprehensif menyelamatkan kawasan ini," tambahnya. (*)

Editor: Priyambodo RH
Copyright © ANTARA 2006