Kaimana,IJB, (ANTARA News) - Wakil Bupati Kaimana, Provinsi Irian Jaya Barat (IJB), Matias Mairuma membenarkan, telah terjadi perusakan ekosistem di kawasan cagar alam (KCA) Kumawa oleh perusahaan swasta nasional pemegang hak pengusahaan hutan (HPH) PT Prabu Alaska melalui konsesinya beberapa tahun belakangan ini yang berakibat hampir semua fauna dan flora langka di dunia musnah. "Sekarang sudah tidak ditemukan lagi hutan kayu, rotan, damar, anggrek, beraneka burung, kupu-kupu, kadal dan berbagai jenis fauna dan flora langka di dunia di daerah itu, akibat perusahaan HPH PT Prabu Alaska yang merambah masuk dalam KCA Kumawa," kata Mairuma kepada ANTARA di Kaimana, Kamis (24/8). Dikatakannya, pembabatan hutan kayu ke dalam KCA Kumawa itu akibat para pejabat pemerintah (bupati dan DPRD-Rd) terdahulu di kabupaten induk Fakfak tidak pernah turun ke lapangan untuk melihat langsung dan mencocokkan areal konsesi yang diturunkan Departemen Kehutanan, sehingga perusahaan "berkreasi" dengan caranya mengais hutan kayu tanpa menghiraukan KCA Kumawa. Padahal KCA Kumawa yang ditetapkan Menteri Kehutanan dengan pengusulan badan konservasi alam dunia (WWF) lantaran kawasan itu menyimpan beraneka ekosistem fauna dan flora terlangka bernilai ekonomis tinggi, namun sekarang kawasan itu rusak parah. Kawasan KCA Kumawa terbentang dari distrik Teluk Arguni hingga distrik Bomberay dan distrik Kokas Kabupaten Fakfak. Kawasan itu sangat kaya menyimpan beraneka jenis kupu-kupu berwarna-warni yang dapat menggoncang pasaran fauna dunia, tetapi sekarang di kawasan itu hampir tidak ditemukakan lagi kupu-kupu langka tersebut. Mairuma mengatakan, untuk menyelamatkan beberapa fauna dan flora yang masih ada, maka akan dibuatkan program pengembangan hutan rakyat dimana pemerintah hanya menyediakan dana dan pendampingan tenaga, sementara seluruh pengelolaan hingga pengamanan pelestariannya diserahkan kepada penduduk setempat . Mereka akan menjaga arealnya sebagai salah satu sumber peningkatan kesejahteraan keluarga maupun warisan berharga bagi anak-cucu di waktu mendatang.(*)

Copyright © ANTARA 2006