Banyuwangi (ANTARA News) - Ribuan orang dari penjuru Kabupaten Banyuwangi, Jawa Timur, memadati kawasan objek wisata Pantai Boom yang terletak di Selat Bali, Sabtu (23/11), tempat digelarnya acara kolosal bertajuk "Paju Gandrung Sewu".

Pesona Paju Gandrung Sewu menjadi daya tarik masyarakat sehingga tidak heran mereka rela berjalan kaki lumayan jauh dari lokasi parkir kendaraan yang berada di Taman Blambangan dan sekitar Kampung Mandar dan Kampung Melayu.

Tidak hanya masyarakat setempat, warga dari luar daerah dan sejumlah wisatawan asing juga terlihat hadir untuk menyaksikan pertunjukan yang menampilkan 2.106 orang penari gandrung, lengkap dengan "Paju"-nya (pasangan prianya).

Busana warga merah menyala yang dikenakan para penari Grandrung dari mulai usia sembilan tahun hingga 71 tahun, membuat suasana Pantai Boom terlihat meriah pada sore menjelang matahari terbenam.

Seni budaya tradisional Paju Gandrung Sewu merupakan salah satu dari beberapa agenda kegiatan promosi pariwisata yang diselenggarakan pemerintah daerah setempat dalam kemasan "Banyuwangi Festival 2013".

Agenda tahunan yang digelar sejak September lalu, dimulai dengan pagelaran pawai budaya etnik "Banyuwangi Ethno Carnival" (BEC) yang mengambil tema "the Legend of Kebo-Keboan", sebuah tradisi yang mengakar di masyarakat setempat.

Selepas BEC, dilanjutkan Banyuwangi Batik Festival, pagelaran Kyai Kanjeng, lomba balap sepeda internasional "Tour de Ijen" yang diikuti puluhan pebalap dari mancanegara, Festival Anak Yatim, dan Banyuwangi Beach Jazz Festival.

Selain itu, masih ada kejuaraan internasional Powercross, Banyuwangi Expo dan Festival Kuliner, Festival Kuwung, serta ditutup dengan malam puncak hari jadi ke-242 Kabupaten Banyuwangi pada 21 Desember mendatang.

Banyuwangi yang kini punya julukan baru "Sunrise of Java" (selain bernama Bumi Blambangan), sejak dua tahun terakhir memang sedang giat-giatnya membangun "brand" dengan mengeksploitasi berbagai potensi yang dimiliki.

"Kegiatan Banyuwangi Festival diproyeksikan sebagai sarana publikasi dan memperkenalkan Kabupaten Banyuwangi di kancah nasional, regional hingga internasional sehingga diharapkan mampu membangkitkan perhatian dan menjadi jendela dunia bagi daerah," papar Bupati Banyuwangi Abdullah Azwar Anas.

Menurut mantan anggota DPR RI itu, sebagian besar kegiatan festival melibatkan potensi budaya yang ada di masyarakat lokal, sekaligus sebagai upaya menjaga dan menumbuhkan budaya asli Suku Using (biasa diucapkan Osing, yakni penduduk asli Banyuwangi).

Kolaborasi menarik dari budaya Osing dan modern dipertontonkan saat pertunjukan Banyuwangi Beach Jazz Festival yang digelar di Pantai Boom pada 16 November lalu.

Sekitar 2.000 penonton dibuat terkesima ketika seniman asal Desa Kemiren (daerah desa wisata Osing) tampil padu dalam satu panggung dengan musisi jazz papan atas dari grup Trio Lestari yang beranggotakan Sandhy Sondoro, Glenn Fredly dan Tompi.

Tidak hanya itu, penari Gandrung legendaris, Temu, dengan suara khasnya juga berduet dengan biduanita jazz ternama Syaharani menyanyikan lagu Osing berjudul "Pethetan", dengan aransemen musiknya yang telah diubah lebih dinamis.

"Saya sudah berkeliling ke berbagai daerah di Indonesia, tapi di Banyuwangi ini saya mendapatkan kesan tersendiri dari budayanya. Suatu saat saya ingin membuat lagu dan video klip dengan memadukan budaya Osing," ujar Syaharani yang juga menyebut Temu sebagai seniman Osing luar biasa.

Mantan Presiden RI Megawati Soekarnoputri yang hadir menyaksikan pertunjukan Paju Gandrung Sewu, juga memberikan apresiasi tinggi kepada Pemkab Banyuwangi yang berani mengangkat potensi budaya lokal untuk menjadi daya tarik wisata.

"Ini sesuai cita-cita saya, agar setiap daerah di Indonesia dapat mengembangkan potensi yang dimiliki dengan mengangkat budaya lokal atau mungkin kulinernya agar lebih dikenal masyarakat luas," tutur Megawati.

Oleh Didik Kusbiantoro
Editor: Aditia Maruli Radja
Copyright © ANTARA 2013