Untuk menuju danau tersebut memang tidak mudah karena harus melewati medan yang cukup berat...
Malang (ANTARA News) - Balai Besar Taman Nasional Bromo Tengger Semeru (TNBTS) menemukan danau yang belum terjamah seluas tujuh ribu meter persegi di kaki Gunung Semeru, tepatnya di blok Gunungan Jambangan, Resor Seroja, Kabupaten Lumajang, yakni Danau Tompe.

Salah seorang tim ekspedisi dari Balai Besar TNBTS yang menemukan danau tersebut, Andi Iskandar, Rabu, menjelaskan danau itu sama sekali belum dijamah oleh manusia dan pemandangannya sangat indah.

"Untuk menuju danau tersebut memang tidak mudah karena harus melewati medan yang cukup berat, bahkan di kawasan itu sama sekali tidak ditemukan adanya saluran pembuangan atau mata air," ujarnya, menambahkan.

Ia menjelaskan saat ini masih belum ada jalur pendakian untuk menuju danau tersebut, namun kalau lewat Ranu Pane, dibutuhkan waktu tempuh sekitar empat jam, meski jaraknya hanya enam kilometer. Kondisi itu disebabkan oleh medan yang cukup berat bagi pengunjung.

Andi mengatakan Danau Tompe tersebut berada di ketinggian 1.733 meter di atas permukaan laut (mdpl) dengan suhu udara antara 10,5 hingga 14 derajat Celsius.

Selain pemandangan alamnya yang sangat indah, lanjut Andi, di sekitar Ranu Tompe juga banyak ditemukan keanekaragaman hayati yang sangat langka, seperti Paruh Kodok Jawa (Batrachostomus Javanensis), tanaman Pinang Jawa (Pinang Javana Blume) serta berbagai jenis tanaman anggrek dan capung.

Menurut dia, tim ekspedisi juga menemukan delapan jenis mamalia dan satu jenis primata di kawasan danau tersebut. Di sekitar danau juga ditemukan jejak kaki, bekas cakaran di pohon serta kotoran macan tutul Jawa (Panthera Pardus Melas) ujarnya.

Sementara di kawasan perairan Ranu Tompe ditemukan lima jenis ondonata, yakni capung jarum yang terdiri atas Capungsambar hijau (Orthetum sabina Drury), Capungsambar kembara (Pantala lavescens), Xiphiagrion cyanomelas, Agriocnemis sp, dan Anacieschna montivagans.

Sebenarnya, lanjut Andi, keberadaan Ranu Tompe tersebut sudah pernah diketahui oleh masyarakat Tengger sekitar tahun 1980-an, namun masyarakat yang mengetahuinya enggan menjamah danau itu karena kawasan tersebut dianggap sebagai wilayah yang angker.

Bahkan, katanya, warga sekitar danau itu menyebut Ranu Tompe dengan nama Ranu Lus atau kependekan dari Ranu Makhluk Halus. "Karena dianggap angker dan banyak dihuni oleh makhlus halus itulah, masyarakat enggan mendatangi danau yang sebenarnya cukup eksotik dan indah itu," ujarnya.

Sementara itu Kepala TNBTS Ayu Dewi Utari menambahkan di Indonesia, lima jenis capung tersebut hanya ada di kawasan Ranu Tompe. Di kawasan danau itu juga ditemukan sekitar 50 jenis flora dan 20 jenis fauna yang sangat langka.

Keindahan Ranu Tompe tersebut juga dilengkapi dengan lapisan tanah berupa campuran antara kerikil dan tanah yang tersebar merata pada kedalaman 15-35 cm dari permukaan tanah.

"Kami akan tetap mempertahankan keaslian alam ini karena di kawasan itu masih banyak satwa yang dilindungi. Oleh karenanya, kami tidak punya rencana untuk membuka daerah Ranu Tompe untuk wisata, nanti bisa rusak," katanya.

Pewarta: Endang Sukarelawati
Editor: Fitri Supratiwi
Copyright © ANTARA 2013