Cara pandang para anggota parlemen Uni Eropa terhadap Indonesia berkembang ke arah lebih positif, "
Vancouver, Kanada (ANTARA News) - Hasil kunjungan peneliti dari pusat kajian parlemen Uni Eropa ke berbagai daerah terkait dengan program dialog antariman (Interfaith Dialogue) turut membantu mempengaruhi cara pandang para anggota parlemen blok itu terhadap Indonesia, kata Sekretaris Jenderal Kementerian Agama Bahrul Hayat.

"Cara pandang para anggota parlemen Uni Eropa terhadap Indonesia berkembang ke arah lebih positif, " kata Bahrul kepada Antara di Vancouver, Kanada, Rabu (27/11) atau Kamis (28/11) WIB, di sela kegiatan bertema Interfaith Dialogue in A Plural Society yang diselenggarakan Kementerian Luar Negeri dan Kementerian Agama bekerja sama dengan Pusat Kajian Komparatif Masyarakat Muslim dan Kebudayaan, Universitas Simon Fraser (SFU).

Hasil kunjungan mereka selama dua pekan dibuat dalam bentuk buku sebagai refleksi atas apa yang mereka saksikan sendiri dari kegiatan-kegiatan selama di Indonesia, kata dia.

Selama dua tahun terakhir, para peneliti diundang berkunjung ke Indonesia dan mereka juga berdialog dengan sejumlah tokoh agama di kota-kota yang dikunjungi.

Bahrul berharap para anggota parlemen dapat memiliki pemahaman tentang kehidupan beragama di Indoinesia lebih baik dari masukan-masukan yang mereka peroleh.

Foto-foto tentang kerukunan umat beragama di Tanah Air akan dipamerkan di perlemen UE yang berkedudukan di Brussel, Belgia, pada tahun depan.

Selain kunjungan seperti itu, Kementerian Agama juga menawarkan beasiswa bagi pakar, peneliti dan mahasiswa dari berbagai negara sahabat terkait dengan program dialog antariman sebagai gerbang untuk pembukaan hubungan dan interaksi tulus antara dua negara, antarpemerintah dan antarindvidu.

Program tersebut merupakan realisasi dari dialog antaragama dan antarbudaya antara Asia dan Eropa dalam kerangka Pertemuan Asia Eropa (ASEM) yang digagas Indonesia. Dialog antariman ASEM pertama kali diadakan pada Juli 2005, disusul di Siprus pada 2006, Nanjing pada 2007, Den Haag pada 2008 dan paling akhir diadakan di Manila pada 2011.

Sekjen Kemenag mengatakan dialog tersebut bertujuan untuk mendidik orang-orang di dunia agar memiliki persoektif berimbang mengenai kehidupan nyata dalam beragama di Indonesia yang kadang digambarkan negatif oleh media global.

"Dengan berbagai kegiatan di luar negeri, orang-orang akan melihat Indonesia merupakan tempat terbaik sebagai laboratorium dari kehidupan antaragama dan antariman," kata Bahrul.

Presiden SFU DR. Andrew Petter secara terpisah mengatakan bahwa Indonesia merupakan mitra khusus dalam kerja sama di bidang pendidikan.

"Penyelenggaraan kegiatan interfaith dialogue di sini merupakan bagian dari komitmen SFU untuk menjalin kerja sama internasional," kata dia.

Sejumlah mahasiswa Indonesia sedang menempuh jenjang pendidikan S1, S2 dan S3 di universitas itu dan sejumlah mahasiswa Kanada juga belajar di Indonesia.

Selain di Vancouver, pembicara dari Indonesia yakni Rektor Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta, Prof. DR. Musa Asy'ari, pakar dari Sekolah Tinggi Teologi Jakarta Pendeta Joas Adiprasetya, Wakil Rektor UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Prof. DR. Jamhari Makruf dan pakar dari Sekolah Tinggi Filsafat Driyarkara Prof. DR. Antonius Eddy Kristiyanto juga memberi kuliah umum yang bertema "Interfaith Dialogue in a Plural Society: the View from Indonesia" di Pusat Kajian Asia Tenggara (CSEAS) University of California, Berkeley, Senin. (*)

Pewarta: Mohammad Anthoni
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2013