Padahal jika dibiarkan, kondisi neuropati dapat mengganggu mobilitas penderitanya,"
Yogyakarta (ANTARA News) - Neuropati atau kerusakan saraf tepi sering tidak disadari sebagai penyakit, melainkan dirasakan seperti kondisi umum akibat komplikasi penyakit lain, kata Ketua Perhimpunan Dokter Spesialis Saraf Indonesia Cabang Yogyakarta Samekto Wibowo.

"Padahal jika dibiarkan, kondisi neuropati dapat mengganggu mobilitas penderitanya," kata Samekto pada sosialisasi penyakit neuropati bertajuk Konsumsi Vitamin Neurotropik Sejak Dini Cegah Neuropati, di Yogyakarta, Kamis.

Pada sosialisasi yang diselenggarakan Perhimpunan Dokter Spesialis Saraf Indonesia (Perdossi) bekerja sama dengan PT Merck Tbk, ia mengatakan pada neuropati karena usia, apabila tidak diterapi dengan benar dapat menjadi berat sehingga berpotensi menimbulkan komplikasi lain.

"Pada penderita diabetes mellitus atau kencing manis, risiko terjadinya neuropati bertambah besar sejalan dengan bertambahnya usia dan lama penyakit diabetes yang diderita," katanya.

Ketua Umum Perdossi Pusat Mohammad Hasan Machfoed mengatakan neuropati merupakan kondisi kerusakan saraf yang dialami oleh sekitar 26 persen atau satu dari empat orang usia 40 tahun ke atas dan satu dari dua penderita diabetes.

"Hal itu disebabkan semakin bertambahnya usia, fungsi saraf akan semakin menurun. Selain faktor usia, neuropati juga disebabkan oleh diabetes, proses pengobatan, trauma, infeksi, konsumsi alkohol, gangguan nutrisi, imunitas, dan akibat gangguan metabolik lain," katanya.

Menurut dia, neuropati ditandai oleh gejala seperti rasa nyeri, kesemutan, baal atau kebas, mati rasa, kaku otot, keram, hipersensitif, gangguan kontrol kandung kemih, kelemahan dan penyusutan otot. Neuropati dapat diderita siapapun.

"Risiko semakin besar pada mereka yang berusia di atas 40 tahun, menderita diabetes atau berisiko menderita diabetes, ada riwayat neuropati pada keluarga, menderita penyakit pembuluh darah (jantung dan hipertensi), perokok berat, mengkonsumsi alkohol atau obat-obatan yang menyebabkan neuropati," katanya.

Ketua Kelompok Studi Neurofisiologi dan Saraf Tepi Perdossi Pusat Manfaluthy Hakim mengatakan pencegahan neuropati dapat dilakukan dengan menjalani gaya hidup sehat dan mengkonsumsi vitamin neurotropik, yakni B1, B6, dan B12.

"Saraf kita tergantung pada suplai vitamin B yang memadai dan sensitif terhadap kekurangan vitamin B. Vitamin B penting untuk melindungi dan meregenerasi saraf," katanya.

General Manager Divisi Consumer Health PT Merck Tbk Holger Guenzel mengatakan selain memenuhi asupan tubuh dengan vitamin neurotropik, penting pula dilakukan pemeriksaan kondisi tubuh secara berkala sehingga gejala nueropati dapat diantisipasi sejak dini agar tidak menjadi parah.

Untuk mengetahui risiko neuropati, PT Merck Tbk bekerja sama dengan Perdossi memperluas kegiatan Neurophaty Service Point (NSP) di beberapa kota di Indonesia, di antaranya Jakarta, Bandung, Surabaya, Semarang, Yogyakarta, Medan, Padang, dan Pekanbaru.

"Di Yogyakarta, NSP akan hadir di Rumah Sakit Bethesda pada 2-4 Desember 2013 dan Poli Neuro/Saraf Rumah Sakit Dr Sardjito pada 16--18 Desember 2013. Layanan pemeriksaan itu gratis," katanya.(*)

Pewarta: Bambang Sutopo Hadi
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2013