Wina (ANTARA News) - Pembekuan program nuklir Iran selama enam bulan sesuai kesepakatan Iran dengan negara-negara kuat dunia di Jenewa akan dimulai pada awal Januari tahun depan, kata utusan Teheran untuk badan pengawas atom Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB).

"Kami memperkirakan pada akhir Desember atau awal Januari kami sudah harus mulai menerapkan langkah-langkah yang disepakati oleh kedua belah pihak," kata Reza Najafi, utusan Iran untuk Badan Energi Atom Internasional (International Atomic Energy Agency/IAEA), Jumat (29/11).

Seperti dilansir kantor berita AFP, terobosan berupa kesepakatan itu dicapai oleh Iran dan kelompok negara P5+1 yang terdiri atas Amerika Serikat, China, Rusia, Inggris, Perancis, dan Jerman akhir pekan lalu.

Kesepakatan itu mewajibkan Teheran menarik kembali program nuklirnya untuk sementara sebagai pertukaran atas pengurangan sanksi.

Pembekuan itu ditujukan untuk mempersulit Iran mengembangkan senjata nuklir serta untuk membangun kepercayaan saat Teheran dan P5+1 mencapai kesepakatan jangka panjang.

Israel menuntut perlucutan menjadi bagian dari kesepakatan yang dibuat.

Namun Presiden Iran Hassan Rouhani mengatakan kepada Financial Times dalam wawancara yang diterbitkan Jumat bahwa Teheran tidak akan menjalankan permintaan Israel.

Ketika ditanya oleh Financial Times apakah perlucutan fasilitas-fasilitas atom Iran merupakan "garis merah" bagi republik Islam itu, Rouhani menjawab: "100 persen".

Iran telah berjanji akan membatasi pengayaan uranium pada kemurnian nuklir tingkat rendah.

Iran juga menyatakan komitmen untuk "tidak melakukan pengembangan lebih lanjut" selama enam bulan di lokasi-lokasi pengayaan uranium Fordo dan Natanz serta di reaktor air Arak, yang memungkinkan Teheran memiliki plutonium yang bisa digunakan sebagai senjata ketika dioperasikan.

Iran, yang berada di bawah sanksi berat dari PBB dan Barat, akan terus melakukan pengayaan ke tingkat rendah dan akan mempertahankan persediaan bahan-bahan yang dikembangkan dalam tingkat rendah.

Pembahasan teknis antara Iran dengan negara-negara kuat dunia serta IAEA, yang bertugas memeriksa kepatuhan Teheran, akan dilakukan untuk menjalankan rincian kesepakatan.

"Kami telah melakukan pembahasan awal dengan badan (IAEA) tersebut menyangkut langkah-langkah yang berkaitan dengan nuklir ... untuk diperiksa oleh badan tersebut," kata Najafi.

"Kami akan meneruskan pembahasan-pembahasan mengenai hal itu," katanya.

(Uu.T008)

Editor: Maryati
Copyright © ANTARA 2013