Penggeraknya adalah budaya yang mengandung kearifan lokal, dimulai dengan mempromosikan filsafat wayang,"
Jakarta (ANTARA News) - Wayang berkembang di nusantara sejak menjadi ritual animisme, sarana penyebaran agama, hingga hiburan. Bentuknya pun bervariasi di berbagai daerah di Indonesia, mulai dari wayang kulit dari Surakarta, Yogyakarta, Banyumas, dan Bali, wayang golek Sunda, wayang Sasak, wayang Palembang, wayang Betawi, hingga wayang orang.
Sebagian dari aneka wajah wayang di Indonesia dikupas dalam buku "Gatra Wayang Indonesia" yang diluncurkan di Gedung Pewayangan Kautaman, Jakarta, Minggu.
Buku yang ditulis Solichin, mantan ketua Sekretariat Pewayangan Indonesia, menuturkan ciri khas dari sebelas jenis wayang Indonesia, seperti bentuk wayang, gaya pagelaran, dan perabotan yang dipakai dalam pentas wayang.
Diselipkan juga riwayat tiap tokoh yang dinilai terkenal di tiap daerah, seperti Bima di Yogyakarta, Antasena di Banyumas, Baladewa di Jawa Timur, dan Gatutkaca di tanah Sunda.
Selain memperkenalkan ragam wayang, Solichin juga ingin memperkenalkan potensi wayang sebagai sumber ilmu pengetahuan yang dapat berguna bagi peradaban Indonesia.
Pasalnya, dia berpendapat kebudayaan Indonesia yang dinobatkan UNESCO sebagai World Heritage itu memiliki falsafah rumit yang dapat dirumuskan menjadi filsafat wayang yang kini jadi bidang studi resmi di Universitas Gajah Mada.
"Wayang sebagai pertunjukan sudah bagus, kita sekarang buka khazanah baru bahwa wayang dapat mendorong terciptanya iptek," lanjut dia.
"Penggeraknya adalah budaya yang mengandung kearifan lokal, dimulai dengan mempromosikan filsafat wayang," jelasnya.
Selain disebarkan ke sekolah dan universitas, "Gatra Wayang Indonesia" juga akan didistribusikan ke luar negeri.(*)
Pewarta: Nanien Yuniar
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2013