Jakarta (ANTARA News) - Realisasi investasi Jepang selama semester I 2006 mengalami peningkatan sekitar 110 persen meski belum pulih seperti masa sebelum krisis 1997. Berdasarkan data Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM), selama Januari-Juni 2006 investasi Jepang mencapai 650 juta dolar AS dalam 62 proyek, sementara pada periode yang sama 2005 hanya mencapai 310 juta dolar AS untuk 67 proyek. Jepang merupakan investor terbesar selama semester I 2006. "Walaupun saat ini dari angka yang disampaikan Jepang adalah peringkat tertinggi untuk Januari-Juni 2006 tapi kalau kita bandingkan pemulihan kembali investasi sebelum krisis, itu belum pulih," kata Menteri Perdagangan Mari Elka Pangestu, usai memimpin pertemuan Forum Investasi Indonesia-Jepang keempat di Jakarta, Selasa. Duta Besar Jepang untuk Indonesia, Ebihara mengakui investasi Jepang di Indonesia selama ini mengalami penurunan, dan meskipun akhir-akhir ini ada peningkatan namun belum pulih seperti sebelum krisis ekonomi. "Memang ada kenaikan sedikit akhir-akhir ini. Tahun lalu mencapai 1,2 miliar dolar AS, tapi 1997 mencapai total 8 miliar dolar AS," katanya. Oleh karena itu, lanjut dia, pemerintah Jepang memandang ada kesempatan untuk meningkatkan nilai investasi Jepang di Indonesia. Lima sektor tujuan investasi terbesar Jepang adalah kendaraan transportasi dan industri transportasi lainnya; logam, barang logam, mesin dan industri elektronik; perdagangan dan industri perbaikan; industri barang plastik dan karet; serta kertas, barang kertas dan industri percetakan Sementara itu, empat sektor pertama tetap menjadi tujuan rencana investasi Jepang terbesar selama semester I 2006 kecuali kertas, barang kertas dan industri percetakan yang posisinya digantikan industri makanan. Meski Jepang menjadi investor terbesar di Indonesia selama semester I 2006, namun Indonesia bukan tujuan utama investasi Jepang. "Indonesia tidak masuk dalam peringkat pertama tujuan investasi mereka. Jepang lebih memilih ke Vietnam, Cina, dan Thailand. Itu yang menjadi concern dari kedua belah pihak karena sebelum krisis kedua belah pihak punya hubungan yang saling menguntungkan. Itu yang ingin kita kembalikan," jelas Mari.(*)

Editor: Heru Purwanto
Copyright © ANTARA 2006