Kami akan pukul mereka keluar Malakal."
Juba (ANTARA News/AFP) - Pertempuran sengit antara pasukan pemerintah dan pemberontak terjadi pada Kamis di wilayah utara kaya minyak di Sudan Selatan, kata para pejabat sementara Kenya dan Ethiopia, dua negara tetangganya, yang berupaya menjadi penengah perdamaian.

Juru bicara tentaram Philip Aguerm mengatakan bahwa pasukan yang setia kepada Presiden Salva Kiir bertempur melawan pasukan pendukung mantan Wakil Presiden Riek Machar di dalam kota Malakal, ibu kota negara bagian Upper Nile, Sungai Nil Atas.

Dia juga mengatakan, tentara sedang mempersiapkan serangan terhadap Bentiu, kota utama di Negara Persatuan yang kaya minyak, menyusul aksi mereka merebut kembali Bor, ibu kota negara bagian lain yang jatuh ke tangan pemberontak selama hampir dua pekan bentrokan di negara termuda di dunia itu.

"Pertempuran pecah di Malakal. Pasukan kami berada di bagian barat Malakal dan pemberontak di bagian selatan. Kami akan pukul mereka keluar Malakal," kata jubir Tentara Pembebasan Rakyat Sudan (SPLA) Aguer kepada kantor berita Prancis AFP.

"Pemberontak masih menguasai Bentiu tapi SPLA berencana mengambil alih kota itu segera," kata dia.

Kekerasan di Sudan Selatan, produsen minyak yang merdeka dari Sudan dua tahun lalu, merenggut nyawa ribuan warganya, menurut PBB.

Puluhan ribu warga sipil juga telah mengungsi ke pangkalan-pangakalan PBB di tengah-tengah gelombang kekerasan yang berlatar belakang pertentangan antara etnis Dinka asal Kiir melawan Nuer suku Machar.

Dewan Keamanan Peserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) memutuskan pada Selasa mengerahkan hampir 6.000 tentara dan polisi ke Sudan Selatan, menambah personel pasukan UNMISS menjadi 12.500 tentara dan 1.323 polisi sipil.

Di tengah-tengah laporan ditemukannya kuburan-kuburan massal dan kesaksian sejumlah orang terhadap pembunuhan dan eksekusi dan perkosaan, Sekjen PBB Ban Ki-moon telah berjanji mereka yang bertanggung jawab atas kejahatan itu "harus menanggung akibatnya."

Presiden Kenya Uhuru Kenyatta dan Perdana Menteri Ethiopia Hailemariam Desalegn terbang ke Juba pada Kamis untuk berbicara dengan Presiden Kiir.

Ini merupakan langkah paling akhir sebagai penengah guna mengakhiri perang saudara yang mulai terjadi 15 Desember di Sudan Selatan.
(Uu.M016)

Editor: Priyambodo RH
Copyright © ANTARA 2013