Jakarta (ANTARA News) - Sosiolog Universitas Nasional (Unas) Nia Elvina, M.Si mengatakan bahwa Indonesia membutuhkan pemimpin yang punya komitmen mengurangi impor secara masif.

"Saya kira, blueprint kepemimpinan pasca-Susilo Bambang Yudhoyono, harus mempunyai tekad penguatan produktifitas nasional, dan pengurangan yang masif impor kita," katanya di Jakarta, Sabtu.

Ia menegaskan bahwa Indonesia dikenal sebagai negara agraris sekaligus negara maritim. "Akan tetapi merupakan salah satu negara pengimpor besar untuk kedua sektor tersebut," katanya.

Contoh yang paling kecil saja, kata dia, adalah untuk pisang saja nilai impor Indonesia naik 300 persen Tahun 2013.

"Sungguh ironis sekali, seolah-olah petani kita tidak mampu untuk menanam pisang," kata anggota Kelompok Peneliti Studi Perdesaan Universitas Indonesia (UI) itu.

Jika mengingat pesan "the founding fathers", khususnya Mohammad Hatta, kata dia, bila Indonesia mengandalkan impor dari negara lain, berarti telah dengan sukarela menggantungkan nasib terhadap negara luar.

Menurut Nia Elvina, yang juga Sekretaris Program Sosiologi Unas, dari sekian banyak pandangan yang diberikan oleh kalangan politisi, pegiat LSM, Ormas maupun dari kalangan akademisi sendiri mengenai pemimpin pasca-SBY masih terpusat pada hal-hal mikro.

"Dan belum menyentuh pada hal-hal makro yang merupakan fundamental dalam menentukan masa depan Indonesia ke depan," katanya.

Pewarta: Andi Jauhari
Editor: Unggul Tri Ratomo
Copyright © ANTARA 2014