Jakarta (ANTARA News) - Pembaca yang selama ini hanya tahu dunia perkotaan dari "sisi terangnya" saja mungkin akan bergidik membaca seluruh cerita dalam SAIA,  buku kumpulan cerita pendek karya Djenar Maesa Ayu.

14 cerita pendek dalam SAIA menuturkan kehidupan perkotaan dengan sisi gelapnya; narkotika, seks bebas, alkohol, kemiskinan, KDRT,  pelecehan seksual, ketidakharmonisan rumah tangga.

Buku setebal 144 halaman dari Djenar Maesa Ayu (41)  itu sebagian besar mengisahkan perempuan yang mengalami kepahitan hidup.

"Seperti biasanya saya menulis isu soal perempuan,karena saya perempuan. Saya melihat Isu kekerasan, terus terjadi. Pelecehan pada anak-anak di bawah umur pun masih terjadi," kata Djenar dalam acara peluncuran buku SAIA, di Jakarta, Selasa (14/1)

Empat dari cerita pendek dalam buku "SAIA" ini merupakan karya yang pernah di publikasikan sebelumnya, yakni "Air" (2012), "Dan Lalu" (2013), "SAIA" (2013) dan "Mata Telanjang" (ditulis bersama Agus Noor pada 2013).

10 cerita pendek lainnya dalam buku ini ialah, "Nol-Dream Land", "Sementara", "Kulihat Awan", "Fantasi Dunia", "Qurban Iklan", "Urbandit", "Gadis Korek Api", "Air Mata Hujan", "Insomnia" dan "Dewi Sialan!", disiapkan bagi pembaca yang rindu tulisan terbaru Djenar.

Dalam cerpen "Sementara", tokoh Nayla dikisahkan hidup dalam kepahitan.

Kepahitan dimulai saat ia memiliki orang tua yang nyaris tak peduli padanya. Belum lagi ia harus menerima pelecehan supir keluarganya.

Nayla lalu mulai akrab dengan rokok dan ganja, sampai akhirnya menderita HIV/AIDS.

Satu-satunya sosok yang Nayla rindukan adalah laki-laki berkemeja putih dipadu kain Bali tanpa corak yang harus lebih dahulu meregang nyawa karena HIV/AIDS.

Dalam cerita "Fantasi Dunia", tokoh Nayla digambarkan begitu tak berdaya menolak ajakan kekasihnya ke "dunia fantasi ".

Kepahitan hidup harus Nayla rasakan sebagai imbas "kepolosannya". Ia dibui karena dituduh membuat laporan palsu atas perkosaan yang dialaminya sembari mengandung janin.

"Qurban Iklan" adalah satu-satunya cerita dalam buku SAIA yang menampakkan isu soal perempuan lebih ringan sekalipun menggunakan kata-kata yang terkesan "jorok".

Gara-gara mengonsumsi teh herbal agar perut cepat susut, tokoh Saya harus merelakan audisi final sebuah produksi film layar lebar.

Ia tak kuasa menahan sakit perut yang melilit selama audisi berlangsung.

Cerita lainnya yang mungkin dialami sejumlah perempuan namun belum terceritakan diungkapkan Djenar dalam "Urbandit".

 Lima tokoh cerita, Nayla, Ara, Yana, Lila dan Anya, yang merupakan sahabat memiliki kehidupan berbeda mulai dari yang normal (ibu rumah tangga dengan penghasilan minim), perokok dan penghisap ganja, serta pelaku seks bebas.

Lalu, dalam cerita "Nol-Dream Land", dikisahkan tokoh Nayla yang harus berjuang menghadapi padatnya manusia kota dalam bingkai elevator.

Nayla tak "diizinkan" masuk elevator sekalipun pintunya sudah terbuka lebar. Para manusia penghuninya sudah terlalu penuh.

Di antara kumpulan cerpen itu, "Dan Lalu" adalah cerita yang layak disorot lebih dalam khususnya bagi orang tua.

Seorang anak harus mengalami kehidupan yang sesat dan hancur karena ulah orang tuanya.

Ibu yang tega melampiaskan kekesalan karena ulah suami pada anak, hingga anak menerima siksaan fisik dan mental.

"Tak ada yang lebih kejam daripada dendam seorang anak pada orang tuanya. Tapi tak ada yang lebih kejam daripada dendam seorang anak kepada orangtuanya yang dilampiaskan pada keturunannya"

"Dan tak ada yang lebih seram daripada dendam seorang anak kepada orang tuanya yang dilampiaskan kepada keturunanya, yang menyebabkan sang korban menghukum dirinya".

Kata-kata yang digunakan Djenar amat frontal dan relatif memudahkan pembaca membangun imajinasi liarnya tanpa batas.

Tampaknya, hanya pembaca yang berpikiran terbuka akan hal-hal tabu seperti soal seksualitas yang disarankan membaca buku terbaru karya Djenar Maesa Ayu yang diterbitkan Gramedia Pustaka Utama ini.


Editor: Aditia Maruli Radja
Copyright © ANTARA 2014