Palembang (ANTARA News) - Wahana Lingkungan Hidup Indonesia atau Walhi Sumatera Selatan menggalang dana untuk korban banjir bandang di Manado, Sulawesi Utara dan erupsi gunung Sinabung di Sumatera Utara.

Penggalangan dana bagi korban bencana di dua provinsi itu dilakukan dengan cara membuka posko penggalangan dana publik "Bencana Bukan Takdir" di Kantor Walhi Sumsel, Jalan Sumatera 1 No.5 Palembang, kata Direktur Eksekutif Walhi Sumsel Hadijatmiko di Palembang, Sabtu.

Selain itu Desk Disaster Walhi Sumsel bekerja sama dengan Mahasiswa Hijau Indonesia (MHI) setempat melakukan penggalangan dana publik di tiga lokasi strategis seperti di persimpangan lampu merah DPRD dan Polda Sumsel, serta taman Kambang Iwak Palembang.

Bagi masyarakat yang ingin menyumbang dapat menitipkan dananya kepada tim sukarelawan yang melakukan penggalangan dana di jalan, mendatangi posko, dan mentransfernya melalui rekening publk Walhi Sumsel di BNI cabang Musi dengan nomor rekening 005145516, katanya.

Dia menjelaskan, erupsi gunung Sinabung terjadi mulai 15 September 2013 - 14 Januari 2014, dalam kurun waktu sekitar empat bulan itu tercatat 26 ribu jiwa mengungsi ke 38 pengungsian yang ada di Sumatera Utara.

"Akhir-akhir ini secara tidak terduga gunung Sinabung aktif lagi setelah letusan sekitar 400 tahun lalu, sementara periode erupsi gunung Sinabung itu merupakan yang kedua kalinya setelah sebelumnya terjadi pada tahun 2010," ujar Hadi.

Menurut dia, saat ini berdasarkan informasi yang diperoleh dari Walhi Sumut, korban pengungsian yang berasal dari empat kecamatan dan 28 desa di Kabupaten Karo ditempatkan di tenda-tenda pengungsian dan di rumah rumah peribadatan serta fasilitas publik yang minim fasilitas dasar seperti MCK dan air bersih.

Akibat penanganan pengungsian yang kurang memadai, banyak pengungsi mengalami gangguan kesehatan dan membutuhkan bantuan obat-obatan.

Menghadapi permasalahan itu, pemerintah daerah harusnya aktif berkoordinasi meminta pemerintah pusat untuk menaikkan status bencana erupsi ini sebagai bencana nasional, sehingga para korban dapat ditangani secara baik dan cepat.

Belum selesai penanganan bencana vulkanik Sinabung, masyarakat kembali dikejutkan oleh kejadian banjir bandang di Manado, Sulawesi Utara.

Berdasarkan informasi dari Walhi Sulut, bencana ekologi berupa banjir bandang tersebut telah menyebabkan sekurangnya 18 orang meninggal dunia dan 40.000 orang mengungsi akibat terendamnya permukiman dan rusaknya fasilitas publik karena dihantam dan digenangi air.

Penyebab banjir tersebut selain karena kondisi cuaca akhir-akhir ini ekstrem, dipengaruhi akibat hilang dan rusaknya wilayah resapan air seperti DAS Tondano oleh aktivitas tambang galian C sedangkan di wilayah hilir perkotaan Ruang Terbuka Hijau (RTH) sangat minim, serta adanya kegiatan reklamasi pantai yang terus dilakukan oleh pemerintah daerah setempat.

Aktivitas yang berpotensi menyebabkan terjadinya bencana tersebut dan merusak lingkungan perlu menjadi perhatian pemerintah dan semua lapisan masyarakat, karena jika dibiarkan dikhawatirkan pada tahun-tahun berikutnya akan terjadi bencana yang lebih besar dan parah, kata Hadijatmiko. (Y009)

Pewarta: Yudi Abdullah
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2014