Jakarta (ANTARA News) - Secara global, World Health Organization menaksir 10 persen anak usia 5-17 tahun mengalami obesitas.

Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2010 menunjukkan 9,2 persen anak usia 6-12 tahun mengalami obesitas. Seseorang tergolong obesitas bila Body Mass Index (BMI), atau Indeks Massa Tubuh (IMT) lebih dari 30 kilogram/m2. IMT dihitung dengan membagi massa tubuh dengan tinggi badan (dalam satuan meter) kuadrat.

Spesialis gizi dari rumah sakit Harapan Kita, Dr. Laila Hayati, M. Gizi, SpGK mengatakan ada kalanya orang tua tidak menyadari anaknya mengalami obesitas hingga saat mereka memeriksakannya ke dokter. Beberapa anak obesitas tumbuh lebih tinggi dari teman-teman seusianya.

Pada anak laki-laki, tanda-tanda obesitas terlihat pada ukuran penis yang seolah kecil.

"Jaringan lemak di sekitar penis naik sehingga tidak terlihat," kata Laila saat diskusi tentang Gizi pada Anak siang ini.

Obesitas juga dapat menyebabkan tungkai bengkok sehingga kaki membentuk huruf O. Tulang pada anak belum tumbuh secara sempurna. Bila terlalu gemuk, tulang menjadi bengkok karena menahan massa tubuh.

"Kalau dibiarkan seperti itu, tentu tidak bagus," tambahnya.

Selain itu, pada anak laki-laki, tanda obesitas lainnya adalah seolah ia memiliki payudara.

Obesitas dapat memicu timbulnya penyakit jantung, diabetes, hipertensi, gangguan tidur, hingga kanker. Pada remaja putri, juga wanita dewasa, obesitas dapat mengakibatkan gangguan hormon.

"Gangguan menstruasi lebih besar akibat massa lemak berlebih," tambahnya.

Obesitas tidak hanya berpengaruh pada kondisi fisik. Laila mengatakan, secara emosional, penderita obesitas cenderung merasa minder dan tidak nyaman dengan dirinya sendiri.

Pewarta: Natisha Andarningtyas
Editor: Desy Saputra
Copyright © ANTARA 2014