Guangzhou (ANTARA) - Wajah Jing Sida menyembul di antara tumpukan buah lici merah di atas meja, mengenakan topi lebar sambil menyeka keringat di wajahnya. Ia berupaya tetap berbicara soal lici sambil menghadap ke kamera.

Jing Sida pada Kamis (13/6) sedang melakukan live streaming uji coba 5.5G yang merupakan kerja sama antara perusahaan teknologi Huawei dan penyedia layanan internet China Unicom. Uji coba tersebut tidak berjalan mudah karena dilakukan di tengah-tengah hujan rintik yang lembab di kebun lici yang berada di Distrik Zengcheng, Provinsi Guangdong, China.

Padahal timnya sudah menyiapkan "teks jualan", lampu studio, hingga terpal untuk menunjukkan kelancaran jaringan 5.5G di antara pohon-pohon lici varian Tianyan, milik perusahaan Guangzhou Donglin Ecological Agriculture Development Co., Ltd alias perkebunan Donglin.

Jing Sida sendiri sesungguhnya bukanlah selebritas internet (influencer) ataupun petani milenial yang mencoba gaya jualan baru lewat live streaming. Ia adalah pegawai Huawei bagian hubungan masyarakat yang tugasnya ikut meneguhkan branding Huawei sebagai produsen teknologi unggulan dari Tiongkok.

Saat Jing Sida sedang tampil, seorang "petani milenial" sesungguhnya berdiri di dekatnya. Namanya Yin Yaocheng (35 tahun) dan menjabat sebagai direktur operasional perkebunan Donglin.

Jin Sida sedang melakukan uji coba siaran langsung 5.5G di kebun milik Guangzhou Donglin Ecological Agriculture Development Co., Ltd di Desa Mache, Kota Shitan, Distrik Zengcheng, provinsi Guangzhou, China pada Kamis (13/6). (ANTARA/Desca Lidya Natalia)

Yin Yaocheng menjadi "wajah" kebun Donglin di platform media sosial Daoyin (TikTok versi China) dengan akun bernama dong lin guo ye yuan (Donglin Nesting Garden) yang sudah memiliki 12 ribu pengikut dan mendapat likes lebih dari 123 ribu. Di akun tersebut, ia mengunggah video-video singkat berdurasi sekitar 1 menit untuk mengajak publik memetik sendiri lici di kebun.

"Tujuan kami untuk membuat video maupun live streaming memang untuk menarik orang-orang datang ke sini agar dapat merasakan sendiri bagaimana memetik lici yang matang dari pohon. Apalagi tahun ini panen turun karena faktor cuaca dan lainnya. Zhengcheng memang dikenal sebagai daerah penghasil lici yang manis dan segar," kata Yin.

Pohon lici yang tingginya hanya sekitar 3-5 meter dengan buah-buah merah menjulur di ujung cabang-cabangnya itu memang tampak menggoda untuk dipetik.

Awalnya Yin mengaku tidak punya kemampuan untuk memasarkan lici secara daring. Ia hanya belajar dari video-video lain yang ada di internet, bagaimana memasarkan produk lewat live streaming, khususnya saat pandemi COVID-19 melanda.

Biasanya Yin memublikasikan video yang menunjukkan lici-lici ranum saat musim panen pada akhir Mei hingga awal Juli, sementara untuk live streaming ia memulainya pada pagi hari.

"Agar orang-orang pada siang harinya bisa datang ke kebun. Kalau siaran langsung dimulai siang hari, maka mereka akan terlalu sore datang ke sini. Tapi selama ini kami hanya siaran langsung dari ruangan tertutup, bukan dari kebun seperti dia (Jing Sida), karena sinyal internet di kebun tidak bagus," ungkap Yin.

Yin pun sempat tiga tahun bekerja sebagai pegawai salah satu maskapai penerbangan China, sebelum akhirnya memutuskan menjadi petani, seperti pekerjaan kedua orang tuanya pada 2021, dengan keinginan memasarkan produk pertanian dengan cara kekinian yaitu lewat e-commerce.

Tangkap layar video promosi perkebunan Donglin di media sosial Touyin (ANTARA/Desca Lidya Natalia)

"Tapi saat siaran langsung, kadang sinyal tidak stabil, sehingga ponsel pun panas. Ponsel saya pernah mati karena terlalu panas dan harus dikompres es agar menyala kembali, ketika hal itu terjadi, tidak ada yang bisa saya lakukan," cerita Yin.

Dengan masuknya jaringan 5.5G ke desanya, Yin berharap tidak lagi ada gangguan atau gambar yang tiba-tiba tak bergerak (freezing) maupun penundaan (buffering), sehingga interaksi dengan penonton dapat lebih lancar dan gambar lici yang merah dan matang di pohon pun terlihat lebih jelas.

"Kami juga bisa siaran sambil berjalan-jalan di kebun, selama ini siaran langsung hanya dilakukan di ruangan," ungkap Yin.

Bisnis perkebunan Donglin, menurut Yin, sebanyak 60 persen aktivitasnya memang fokus untuk menarik konsumen datang ke kebun dan memetik lici secara mandiri, 30 persen untuk memasarkan buah lici secara elektronik dan 10 persen tetap menggunakan jalur tradisional, dengan distribusi luring.

"Namun selain pemasaran, jaringan 5.5 G juga bermanfaat untuk mengetahui cuaca, otomatisasi pengairan, pengawasan kebun, maupun pemberian pestisida, sehingga jumlah pekerja berkurang sekitar 30-40 persen," ungkap Yin yang mengaku bisa mempekerjakan 100 orang saat musim panen, tapi di luar musim panen ia biasanya hanya mempekerjakan 20 orang di kebun seluas 33,33 hektare itu.

Lici (Litchi chinensis) memang buah yang banyak ditemukan di daerah iklim tropis, seperti China Selatan, Malaysia, dan Vietnam Utara. Filipina dan Indonesia juga punya varian lici sendiri, namun budi daya lici di China lebih memiliki sejarah panjang.

Buah yang memiliki kulit luar kasar berwarna merah muda dengan daging buah berwarna putih dan terdapat biji berwarna gelap di tengahnya, sehingga mirip buah rambutan tanpa rambut itu dulunya hanyalah buah khusus bagi keluarga bangsawan China kuno, sedangkan rakyat biasa tidak mampu untuk membeli lici.

Produksi lici dari China sendiri diklaim menyumbang hampir 80 persen dari produksi global. Provinsi Guandong menyuplai hampir 60 persen dari produksi nasional.

Pada 2024, Distrik Zengcheng menanam 13.600 hektare pohon lici dan menargetkan produksi sebesar 27,7 juta kg, dengan penjualan ditargetkan hingga 2 miliar dolar AS.

Perusahaan tempat Yin bekerja, yaitu Guangzhou Donglin Ecological Agriculture Development Co., Ltd didirikan pada Oktober 2016. Perusahaan itu punya kebun di Desa Mache, Kota Shitan, Distrik Zengcheng, Guangzhou, dengan menghasilkan buah lici premium. Setiap tahun, wisatawan yang datang ke kebun itu sekitar 20 ribu orang.


5G dan 5.5G

Siaran langsung untuk berjualan di media sosial, seperti Daoyin atau Toutiao, maupun platform dagang elektronik seperti Taobao atau Jing Dong atau Pin Duo Duo memang sedang diminati di China.

China memiliki lebih dari 765 juta pengguna siaran langsung, lebih dari 150 juta akun siaran langsung dan lebih dari 10 juta orang yang bekerja di industri siaran langsung. Pada Januari-Oktober 2023, pendapatan penjualan dari live streaming e-commerce di China melebihi 2,2 triliun RMB atau menyumbang 18,1 persen dari total penjualan ritel daring.

Siaran langsung pun semakin banyak diterapkan di industri vertikal, seperti pertanian, perikanan laut, dan pariwisata.

Hanya saja, untuk dapat melakukan siaran langsung, teknologi 5G atau yang lebih canggih lagi, yaitu 5.5G mutlak dibutuhkan agar dapat melakukan siaran langsung luar ruangan dengan konektivitas internet yang cepat dan selular. Untuk melakukan siaran langsung memang memerlukan bandwith (pita lebar transfer data) dan kecepatan uplink (tingkat transimisi jaringan mengirim informasi ke ponsel) tinggi agar gambar tetap jernih dan tidak terjadi penundaan video di layar (buffering).

Huawei dan China Unicom berupaya untuk mewujudkan hal tersebut melalui uji coba paket layanan siaran langsung 5.5G yang memberikan kecepatan uplink ultra-tinggi hingga 150Mbps-200Mbps dibanding kecepatan 30-50 Mbps bagi 5G standar.

"Melalui koneksi berkecepatan tinggi dan gangguan rendah dari teknologi 5G-A (5G-Advanced), acara siaran langsung kami dapat menghadirkan kesegaran lici Zengcheng kepada setiap konsumen secara 'real time'. Ini merupakan uji coba pertama 5G-A melakukan siaran langsung di pedesaan dengan kecepatan uplink hingga 400 Mbps," kata Wakil Manajer Umum China Unicom Cabang Guangzhou Fan Mingyue di Zengcheng, Guangzhou, China, Kamis (13/6).

Dengan menggunakan jaringan cerdas dan teknologi slicing 5G, China Unicom dan Huawei telah membangun jaringan 5G yang mampu memberikan kualitas layanan (QoS) yang lebih baik untuk paket layanan siaran langsung, mendukung lalu lintas internet hingga 50 persen lebih banyak dan kecepatan uplink 4 kali lipat lebih cepat (meningkat dari 30–50 Mbps menjadi 150–200 Mbps) bagi pengguna standar.

Buah lici yang ranum di pohonnya (ANTARA/Desca Lidya Natalia)

Selain itu, jaringan ini dibangun di atas platform data terintegrasi SmartCare milik Huawei, yang memungkinkan analisis kesalahan dan pengurangan kesalahan dengan cepat semakin meningkatkan kualitas siaran langsung.

Sementara dengan fasilitas 5.5G, kecepatan puncak downlink (tingkat transmisi jaringan mengirim informasi ke ponsel) meningkat dari 1 Gbps menjadi 10 Gbps, dan kecepatan puncak uplink meningkat dari 100 Mbps menjadi 1 Gbps. Artinya terjadi peningkatan bandwidth 10 kali lipat.

Dengan 5.5G, pengguna dapat melakukan siaran langsung dalam resolusi tinggi dengan lancar, bahkan dalam bentuk 3D dan interaktif.

"Tahun 2024 juga merupakan tahun pertama komersialisasi 5G-A. Dibandingkan dengan 5G, 5G-A memiliki peningkatan kemampuan 10 kali lipat, tidak hanya mencapai kecepatan uplink gigabit yang sangat tinggi dan downlink 10 Gigabit, namun juga menghadirkan gambar lebih halus dan ketajaman lebih tinggi," kata Kepala Departemen Pemasaran dan Penjualan 5G Huawei Hou Yingzhe.

Saat ini, menurut Hou Yingzhe, Huawei mendukung penerapan lebih dari 300 jaringan komersial 5G di seluruh dunia. China juga disebut telah membangun jaringan 5G terbesar di dunia, dengan total 3,75 juta BTS 5G yang mencakup seluruh kota, kabupaten, dan wilayah perkotaan di tingkat distrik.

"5G Lychee Live Festival yang diadakan hari ini bertujuan untuk mengintegrasikan secara erat teknologi inovatif di era cerdas dengan revitalisasi pedesaan guna menumbuhkan peluang baru," tambah Hou.

Namun tetap perlu diingat, secanggih apapun teknologi dan jaringan yang disediakan, berjualan dengan siaran langsung tetap membutuhkan keahlian. Penjual harus aktif berkomunikasi dan menanggapi setiap pertanyaan atau komentar dari calon pembeli. Penjual juga perlu mengetahui dengan detail barang yang dijualnya.

Selain itu, siaran langsung perlu dilakukan secara rutin misalnya 1-2 kali dalam seminggu supaya produk atau toko diingat konsumen.

Akhirnya, baik berjualan lici maupun berjualan pengalaman memetik lici langsung dari pohon membutuhkan kombinasi teknologi, keahlian hingga keuletan. Konsumen di era digital semakin pandai membedakan mana barang yang berkualitas dan mana yang hanya perlu dilihat sepintas.

Editor: Masuki M. Astro
Copyright © ANTARA 2024