Karena pergerakan tanah masih terjadi sampai saat ini, jumlah pengungsi dan rumah rusak juga bertambah. Saat ini sebanyak 593 orang mengungsi dari lokasi longsor,"
Bogor (ANTARA News) - Jumlah pengungsi tanah longsor di Kampung Gonggong, Desa Cibadak, Kabupaten Bogor, Jawa Barat, bertambah dari 513 jiwa menjadi 593 jiwa.

"Karena pergerakan tanah masih terjadi sampai saat ini, jumlah pengungsi dan rumah rusak juga bertambah. Saat ini sebanyak 593 orang mengungsi dari lokasi longsor," ujar Kepala Sub-Bidang Logistik pada Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Bogor Budi Aksomo, Minggu.

Budi mengatakan, jumlah kerusakan akibat longsor dan tanah yang bergerak juga bertambah menjadi 55 rusak berat, 41 unit rusak ringan dan 43 rumah terancam.

Seluruh warga Kampung Gonggong, Desa Cibadak, Kecamatan Sukamakmur, yang mengungsi menempati rumah-rumah warga, saudara dan fasilitas umum yang ada di luar kampung mereka.

"Kami tidak merekomendasikan warga tinggal di tenda pengungsian, karena cuaca masih hujan, jadi kurang nyaman buat warga," ujar Budi.

Budi menyebutkan, hingga ini tim SAR BPBD masih bertahan di lokasi bencana, mendirikan dapur umum serta melakukan pendataan kondisi kerusakan yang terjadi.

Hingga kini kondisi warga di pengungsian dalam keadaan, sejumlah bantuan baik dari Pemerintah Kabupaten Bogor dan Polres Bogor telah disalurkan.

"Warga juga mendapat pendampingan dari Pusat Peneliti Krisis dari Universitas Indonesia," ujar Budi.

Longsor di Sukamakmur sudah terjadi sejak 19 Januari lalu, namun masih berskala kecil. Sejak saat itu BPBD telah menghimbau warga untuk waspada dan mengevakuasi sebagian warga.

Puncaknya pada Kamis (23/1) longsor cukup besar terjadi, tanah di pemukiman warga juga bergerak dan meretakkan jalan menuju lokasi perumahan warga sepanjang 7 meter.

Tidak ada korban jiwa, namun warga harus kehilangan rumahnya yang rusak dan rata dengan tanah. Hingga kini pergerakan tanah masih terjadi sehingga warga di satu RT tersebut diungsikan demi keamanan.

Longsor terjadi akibat kondisi tanah yang labil sehiring curah hujan yang tinggi yang terjadi selama dua pekan lebih.
(*)

Pewarta: Laily Rahmawati
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2014