Semarang (ANTARA) - Deputi Bidang Keluarga Sejahtera dan Pemberdayaan Keluarga Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) Nopian Andusti mengemukakan bahwa Sekolah Lanjut Usia (Lansia) dapat menjadikan penduduk lansia sebagai bonus demografi.
Menurut Nopian di Kantor Bupati Ungaran, Semarang, Jawa Tengah, Selasa, Sekolah Lansia dengan kurikulum yang memuat berbagai macam pelatihan dan pembelajaran dapat menjadikan penduduk lansia produktif dan lebih mandiri.
"Di Indonesia secara nasional 11,75 persen (jumlah penduduk lansia dari total penduduk Indonesia). Ini kita akan masuk ke 'ageing population' (penuaan penduduk) dan bonus demografi tahap kedua," kata Nopian usai menghadiri wisuda 130 lulusan Sekolah Lansia Bina Keluarga Lansia (BKL) Pancasila Bandungan.
Artinya, lanjut dia, penduduk lansia akan menjadi bonus demografi di masa mendatang sehingga peluang tersebut mesti dimanfaatkan agar bisa berkontribusi bagi pembangunan negara.
Baca juga: Sekolah Lansia Tunggu Tubang Muaraenim Sumsel jadi percontohan
Sebaliknya, jika tidak dibina menjadi produktif dan mandiri, maka penduduk lansia menjadi kaum yang rentan. Oleh karena itu diperlukan kehadiran Sekolah Lansia.
"Ketika lansia ini nanti masuk pada bonus demografi tahap kedua, dan tetap produktif, tetap sehat, aktif, mandiri, produktif dan bermartabat, maka berarti kita bisa memanfaatkan bonus demografi untuk yang kedua, tahap kedua," kata Nopian.
Adapun demografi tahap kedua adalah kondisi negara yang memiliki proporsi penduduk lansia (di atas 65 tahun) yang besar, namun masih produktif dan memberi sumbangsih bagi negara.
Melalui Sekolah Lansia, kata Nopian, potensi para lansia kembali digali secara terukur sehingga yang masih bisa produktif akan diberi ruang oleh pemerintah untuk menyalurkan produktivitasnya.
"Dari sekolah lansia ini kita menggali kemampuan-kemampuan para lansia yang ada. Banyak sekali lansia yang sebetulnya mereka produktif," katanya.
Baca juga: BKKBN: Sekolah lansia wujudkan oma-opa yang mandiri dan gembira
Mereka masih bisa menyumbangkan ilmunya. Mereka masih bisa menyumbangkan tenaganya. "Tetapi karena tidak diberi ruang, tidak diberi kesempatan, sehingga tertutup," kata Nopian.
Hingga kini, telah ada sebanyak 757 Sekolah Lansia di seluruh Indonesia dengan Jawa Tengah sebagai wilayah dengan jumlah Sekolah Lansia terbanyak, yakni 177 sekolah.
"Sekarang baru terbentuk 757 di seluruh Indonesia. Dan 177 ada di Jawa Tengah, bayangkan luar biasa. Jadi lebih dari hampir 30 persen itu ada di Jawa Tengah," kata Nopian.
Pihaknya berharap setiap kota atau kabupaten
di Indonesia pada tahun 2024 memiliki Sekolah Lansia.
"Tapi harapan kita tahun ini, semua kawasan kota di Indonesia ada sekolah lansia. Dan kita berharap tahun-tahun yang akan datang, satu kota, satu kecamatan, satu sekolah lansia," kata Nopian.
Namun, Nopian juga mengakui bahwa persebaran dari 757 Sekolah Lansia yang ada belum merata ke seluruh wilayah Indonesia.
"Kalau kita melihat jumlah kota-kota di Indonesia itu 514. Tapi sekolah lansia sudah terbentuk 757. Namun persebarannya tidak merata," katanya.
Baca juga: BKKBN berdayakan 6.000 lebih lansia di Bandung lewat sekolah lansia
Ada kawasan yang sudah membentuk tiga sekolah lansia, ada kawasan yang belum. "Kita harapkan akan bermunculan sekolah-sekolah lansia," tutur Nopian.
Sekolah Lansia merupakan lembaga pendidikan non formal yang dilakukan sepanjang hayat bagi penduduk lansia berdasarkan tujuh dimensi lansia tangguh selama 12 bulan.
Adapun dimensi-dimensi tersebut adalah spiritual, fisik, emosional, intelektual, sosial kemasyarakatan, vokasional dan lingkungan.
Para lansia akan dinyatakan lulus jika sudah menghadiri 80 persen pertemuan serta aktif dalam kegiatan pembelajaran.
Pewarta: Redemptus Elyonai Risky Syukur
Editor: Sri Muryono
Copyright © ANTARA 2024