gunung api bersifat slow in set. Artinya tidak akan tiba-tiba meletus. Ada tanda-tandanya sehingga status gunung punya tahapan yaitu dari normal kemudian menjadi waspada, siaga, dan awas sesuai ancamannya.
Jakarta (ANTARA News) - Bangsa Indonesia sedang berduka, baru saja memasuki bulan kedua di tahun 2014 telah terjadi rentetan bencana alam di sejumlah daerah.

Bencana mulai dari banjir bandang di Sulawesi Utara, banjir di Ibukota Jakarta dan sejumlah wilayah lainnya, bencana tanah longsor, hingga erupsi Gunung Sinabung di Sumatera Utara.

Korban jiwa, korban luka serta kerugian harta benda berjatuhan dan hanya menyisakan air mata. Rentetan bencana alam yang terjadi di awal tahun 2014 ini bukan kali pertama, karena di tahun-tahun sebelumnya bencana alam silih berganti mewarnai negeri.

Terkait dengan aktivitas gunung berapi, wilayah Indonesia terletak di pertemuan tiga lempeng tektonik aktif dunia, yaitu Lempeng Indo-Australia, Eurasia, dan Pasifik. Wilayah Indonesia memiliki 127 gunung api aktif dan lebih dikenal dengan "ring of fire".

Ring of fire dan berada di pertemuan tiga lempeng tektonik menempatkan negara kepulauan ini berpotensi terhadap ancaman bencana alam.

Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) menyatakan bahwa 19 gunung api di sejumlah penjuru di Tanah Air tengah menggeliat dan berstatus waspada.

Sementara di sisi lain, posisi Indonesia yang berada di wilayah tropis serta kondisi hidrologis memicu terjadinya bencana alam lainnya, seperti angin puting beliung, hujan ekstrim, banjir, tanah longsor, dan kekeringan.

Tidak hanya bencana alam, tetapi juga bencana non alam sering melanda tanah air, seperti konflik sosial, kebakaran hutan dan lahan akibat ulah manusia, maupun kegagalan teknologi. Maka, masyarakat harus meningkatkan kesiapsiagaan dalam menghadapi setiap potensi bencana yang ada di wilayahnya.



Berstatus Waspada

Kepala Pusat Data Humas dan Informasi BNPB, Sutopo Purwo Nugroho, mengatakan pada saat ini dari 127 gunungapi aktif di Indonesia, ada satu gunung berstatus Awas (level IV) yaitu Gunung Sinabung sejak 24 April 2013.

Selain itu, ada tiga gunung berstatus Siaga (level III) yaitu Karangetang, Lokon dan Rokatenda.

Kemudian, ada 19 gunung status Waspada (level II) yaitu Kelud, Raung, Ibu, Lewotobi Perempuan, Ijen, Gamkonora, Soputan, Sangeangapi, Papandayan, Dieng, Seulewah Agam, Gamalama, Bromo, Semeru, Talang, Anak Krakatau, Marapi, Dukono, dan Kerinci.

Terkait peningkatan aktivitas vulkanik Gunung Kelud, pada Minggu (2/2), maka pemerintah menaikkan statusnya menjadi Waspada (level II).

"Masyarakat dihimbau tidak panik dan cemas dengan hal ini. Pemberitaan media yang intensif dan berlebihan mengenai peningkatan aktivitas gunung api seringkali justru menyebabkan dampak negatif di masyarakat," katanya.

Obyek-obyek wisata, hotel, pertanian dan aktivitas ekonomi yang berada di luar daerah berbahaya, tambah dia, menjadi sepi.

Hal ini terjadi di Gunung Bromo, Ijen, Dieng, Tangkubanprahu, Papandayan, dan lainnya.

Bahkan aktivitas wisata dan hotel-hotel di Kabanjahe saat ini pun sepi pengunjung karena masyarakat jadi takut berkunjung padahal lokasinya jauh dan aman dari Gunung Sinabung.

"Padahal,  gunung api bersifat slow in set. Artinya tidak akan tiba-tiba meletus. Ada tanda-tandanya sehingga status gunung punya tahapan yaitu dari normal kemudian menjadi waspada, siaga, dan awas sesuai ancamannya," katanya.

Makna dari status Waspada, tambah dia, adalah ada kenaikan aktivitas di atas level normal, apapun jenis gejala diperhitungkan.

"Status waspada tidak kritis, yang diperlukan adalah sosialisasi, kajian bahaya, pengecekan sarana, dan piket terbatas," jelasnya.

Sedangkan makna status Siaga adalah semua data menunjukkan bahwa aktivitas dapat segera berlanjut ke letusan atau menuju pada keadaan yang dapat menimbulkan bencana. Kondisinya kritis sehingga perlu sosialisasi di wilayah terancam, penyiapan sarana darurat, koordinasi harian dan piket penuh.



Jangan Panik

Sementara itu, Menteri Koordinator bidang Kesejahteraan Rakyat Agung Laksono menambahkan, masyarakat jangan panik dengan pengumuman dari instansi terkait soal peningkatan aktivitas gunung berapi.

"Masyarakat jangan panik, sosialisasi yang dilakukan membuktikan bahwa seluruh instansi terkait bekerja dan mengawasi perkembangan sejak dini, agar dapat menemukan dan melakukan langkah-langkah antisipatif," katanya.

Setiap kemungkinan terjadinya bencana, kata Agung, memang perlu disosialisasikan kepada masyarakat agar semua pihak bisa waspada dan ikut mencegah dan meminimalisir dampak yang bisa ditimbulkan dari suatu bencana alam. Hal yang terpenting masyarakat harus mengikuti petunjuk yang dikeluarkan oleh pemerintah.

"Contohnya jika ada wilayah dengan radius sekian kilometer yang dilarang untuk dimasuki, dan masyarakat diharuskan mengungsi dan diperlukan langkah evakuasi, maka masyarakat harus mengikuti pentujuk tersebut," tambah Agung.

Dengan mengikuti petunjuk, tambah Agung, jatuhnya korban jiwa pada suatu bencana, khususnya gunung meletus, bisa dihindari.

(W004)

Oleh Wuryanti Puspitasari
Editor: Ella Syafputri
Copyright © ANTARA 2014