New York (ANTARA News) - Harga minyak mencapai tingkat tertinggi tahun ini pada Rabu (Kamis pagi WIB) yang disebabkan adanya cuaca musim dingin di Amerika Serikat dan kekacauan lebih besar yang terjadi di negara pengekspor minyak Venezuela, Sudan Selatan dan Nigeria.

Harga minyak AS juga mendapat dorongan dari rilis risalah pertemuan kebijakan Federal Reserve akhir Januari, yang mengatakan terjadi gejala meningkatnya perekonomian, selain mulai adanya dukungan minoritas untuk kebijakan pengetatan lebih awal.

Menurut AFP, untuk kontrak utama New York, harga minyak mentah light sweet atau West Texas Intermediate (WTI) untuk pengiriman Maret melonjak ke posisi tertinggi empat bulan menjadi 103,31 dolar AS per barel atau naik 88 sen dari Selasa (18/2).

Minyak mentah Brent North Sea untuk penyerahan April naik satu sen menjadi 110,47 dolar AS, yang merupakan posisi tertinggi sejak awal 2014.

Kenaikan harga minyak AS juga dikarenakan perkiraan penurunan persediaan minyak mentah dan bahan bakar di AS karena berlanjutnya cuaca musim dingin yang ekstrim di sebagian besar negara.

"Minyak mentah Brent bertahan di atas 110 dolar AS per barel, didukung oleh kekhawatiran geopolitik di Afrika dan Venezuela, sementara minyak AS menyentuh tingkat tertinggi dalam empat bulan karena stok diperkirakan jatuh karena permintaan musim dingin dan kapasitas saluran pipa baru," tulis analis minyak Investec dalam sebuah catatan kepada klien.

Konflik baru di penghasil minyak Sudan Selatan juga telah memberikan dukungan kenaikan harga Brent. Dua bulan pertempuran telah menimbulkan kekhawatiran tentang stabilitas negara tersebut.

Tekanan beli lebih besar mungkin juga terjadi, setelah pemimpin kelompok radikal Boko Haram, Abubakar Shekau, mengancam menyerang wilayah Delta Niger, Nigeria, yang kaya minyak dalam video baru yang disiarkan pada Rabu.

"Anda dalam beberapa hari mendatang akan melihat kilang minyak Anda dibom," kata Shekau memperingatkan dalam video selama 28 menit yang diperoleh oleh AFP pada Rabu malam.

Sementara Venezuela bersiap menghadapi protes hari berikutnya pada Rabu, karena pemimpin oposisi yang dipenjarakan Leopoldo Lopez diperkirakan muncul di pengadilan untuk yang didakwa melakukan kekerasan jalanan.

Penerjemah: Apep Suhendar

Editor: Unggul Tri Ratomo
Copyright © ANTARA 2014