Kalau memang terpaksa beraktivitas di luar rumah, jangan lupa menggunakan masker untuk menghambat asap terhisap
Pekanbaru (ANTARA News) - Kualitas udara sejumlah daerah di Provinsi Riau seperti Kabupaten Bengkalis dan Kota Pekanbaru terus tercemar asap yang sudah mengakibatkan ribuan warga terserang penyakit.

Data dari Dinas Kesehatan Provinsi Riau di Pekanbaru, Kamis, menunjukkan kualitas udara di Kabupaten Bengkalis dalam status berbahaya (hazardous).

Hal tersebut berdasarkan laporan pemantauan Indeks Standar Pencemaran Udara (ISPU) yang berada di wilayah PT Chevron Pacific Indonesia, bahwa dua alat pemantau di daerah Duri menunjukan angka 214 Psi dan 264,3 Psi.

Kepala Seksi Kesehatan Lingkungan Dinas Kesehatan Riau, Dewani, mengatakan angka ISPU lebih dari 200 menunjukan status berbahaya sehingga warga diminta sangat membatasi kegiatan di luar ruangan. Selain itu, perlu adanya relokasi khusus bagi warga yang rentan dalam kondisi pencemaran udara, yaitu bagi balita, manula dan ibu hamil.

"Kalau memang terpaksa beraktivitas di luar rumah, jangan lupa menggunakan masker untuk menghambat asap terhisap," katanya.

Ia menambahkan, kondisi udara di Kota Pekanbaru juga masih dalam status tidak sehat karena pantauan ISPU menunjukan angka 104,5 Psi. Kemudian, kualitas udara di daerah Minas, Kabupaten Siak juga tidak sehat dengan pencemaran 121 Psi.

Ia mengatakan kualitas udara di Kota Dumai kini jauh lebih baik karena pantuan ISPU menunjukan angka 63 Psi setelah sebelumnya sempat melebihi 200.

"Pekanbaru terus diselimuti asap akibat arah angin cenderung bergerak ke Selatan, kemungkinan mendapat asap kiriman dari daerah lain jadi lebih besar," ujarnya.

Sementara itu, berdasarkan pantuan di Kota Pekanbaru terlihat asap tipis masih menyelimuti udara. Airport Duty Manager Bandara Sultan Syarif Kasim II, Ibnu Hasan, mengatakan jarak pandang pada pagi hari pukul 06.00 WIB sempat mencapai 800 meter.

Ia mengatakan penerbangan pada pagi ini masih normal dan belum terpengaruh asap. "Sejauh ini aman lancar dan kondusif," katanya.

Pewarta: FB Anggoro
Editor: AA Ariwibowo
Copyright © ANTARA 2014