...kami tak akan meninggalkan ibukota sampai kami dibayar untuk setiap butir beras yang kami jual"
Bangkok (ANTARA News) - Ribuan petani Thai mengancam mendatangi bandara utama di Bangkok dengan traktor-traktor mereka sebagai protes atas tidak dibayarnya skema subsidi beras yang kontroversial itu, sekaligus menambah tekanan kepada Perdana Menteri Yingluck Shinawatra untuk mundur.

Program beras ini adalah salah satu kebijakan populis yang dipelopori abang PM Yingluck, Thaksin Shinawatra, yang telah memecah belah Thailand selama bertahun-tahun dan memicu rangkaian demonstrasi.

Belum jelas benar berapa lama para petani Thai memblokir bandara namun tindakan mereka mengingatkan orang pada memori demonstrasi anti-Thaksin pada 2008 yang memblokir bandara-bandara di Bangkok yang membuat dua pemerintahan terjungkal dari kekuasaan.

"Kami belum pasti di mana kami akan berkemah, namun kami tak akan meninggalkan ibukota sampai kami dibayar untuk setiap butir beras yang kami jual," kata mantan anggota parlemen Chada Thaiseth seperti dikutip Reuters.

Media melaporkan bahwa para petani dari wilayah tengah akan bernegosiasi dengan Yingluck dan memberi batas waktu sampai tengah hari ini sebelum mereka menuju bandara canggih di Bangkok tersebut.

Program beras memberi basis dukungan Yingluck di daerah utara dan timur laut Thailand. Program ini pula yang mengantarkan Yingluck ke kekuasaan pada 2011, namun ini membuat Thailand kelebihan stok beras yang tak bisa dibayar pemerintah.

Sedangkan para pemimpin oposisi menuduh skema beras ini membuat korupsi merajalela dan merugikan pembayar pajak sampai 200 miliar baht (Rp70,8 triliun). Dan kemudian memicu demonstrasi antipemerintah.

Yingluck dan pemerintahannya sendiri sedang diselidiki oleh panel antikorupsi atas tuduhan penyalahgunaan wewenang dalam skema subsidi.

Beberapa tahun lalu demonstran menuduh Thaksin nepotistis dan korup dengan mengatakan dia telah menggunakan uang pembayar pajak untuk mensubsidi kebijakan populisnya seperti skema beras dan pinjaman lunak sehingga dia mendapat dukungan loyal dari jutaan orang, demikian Reuters.

Editor: Jafar M Sidik
Copyright © ANTARA 2014