... penyelenggaraan GIIAS dapat mendongkrak penjualan kendaraan bermotor di Indonesia,
Jakarta (ANTARA) - Jika dibandingkan dengan komoditas lainnya, kendaraan bermotor memang bukanlah termasuk kebutuhan primer. Namun, bagi sebagian orang, terutama pekerja dengan mobilitas tinggi atau yang tinggal di wilayah metropolitan, memiliki kendaraan pribadi bisa jadi salah satu prioritas.

Berdasarkan Hasil Survei Komuter Jabodetabek 2023 yang dirilis oleh Badan Pusat Statistik (BPS) pada 28 Maret 2024, sebanyak 4,41 juta penduduk Jabodetabek berumur 5 tahun ke atas merupakan penglaju atau komuter, baik untuk tujuan bekerja maupun menempuh pendidikan.

Kendaraan pribadi menjadi moda transportasi utama yang mereka gunakan, dengan jumlah pengguna mencapai 3,48 juta orang, atau 79 persen dari total komuter.

Data tersebut menunjukkan bahwa terdapat potensi besar pembelian kendaraan bermotor, setidaknya di wilayah Jabodetabek. Namun, kenyataannya tidak demikian.

Industri otomotif Tanah Air sedang dalam keadaan lesu, terlihat dari data Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo), bahwa penjualan segmen wholesales (grosir) sepanjang semester awal 2024 turun 19,5 persen dari tahun sebelumnya.

Lembaga Penyelidikan Ekonomi dan Masyarakat Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia (LPEM FEB UI) mengungkapkan bahwa stagnasi pasar mobil baru tersebut disebabkan oleh kenaikan harga mobil serta kondisi pendapatan per kapita.

Terbukti, selama tahun 2000 hingga 2013, pendapatan per kapita naik rata-rata 28,26 persen per tahun dan penjualan mobil juga meningkat 21,23 persen per tahun.

Sementara itu, pendapatan per kapita masyarakat Indonesia hanya naik rata-rata 3,65 persen per tahun sejak 2013 hingga 2022. Pertumbuhan penjualan mobil pun tercatat menurun sekitar 1,64 persen per tahun.




Katalis penjualan

Tidak hanya penurunan daya beli masyarakat, industri otomotif di Indonesia juga menghadapi berbagai tantangan lainnya, seperti pelemahan nilai tukar rupiah, kenaikan suku bunga global, serta pengetatan pemberian kredit untuk membeli kendaraan baru.

Meskipun begitu, Kementerian Perindustrian (Kemenperin) tetap optimistis bahwa industri kendaraan dalam negeri masih memiliki daya saing dan dapat mencapai target penjualan 1 juta kendaraan hingga akhir tahun 2024.

Meskipun penjualan domestik mengalami fluktuasi, kinerja produksi industri otomotif nasional diproyeksikan terus bertumbuh berkat peningkatan pasar ekspor.

Selain itu, Kemenperin juga optimistis bahwa penjualan otomotif akan meningkat usai penyelenggaraan Gaikindo Indonesia International Auto Show (GIIAS) 2024 yang digelar di empat lokasi, yakni Tangerang, Surabaya, Bandung, dan Semarang.

Berdasarkan data tahun-tahun sebelumnya, Pelaksana Tugas (Plt.) Direktur Jenderal Industri Logam, Mesin, Alat Transportasi, dan Elektronika (ILMATE) Kemenperin Putu Juli Ardika menilai bahwa gelaran GIIAS berdampak terhadap penjualan kendaraan bermotor di Indonesia.

Penjualan retail sales kendaraan bermotor pada Juli 2022, atau sebelum penyelenggaraan event tersebut, tercatat sebesar 80 ribu unit. Angka tersebut naik sebesar 13,2 persen month-to-month (mtm) menjadi 91 ribu unit usai digelarnya GIIAS 2022.

Sementara itu, sebelum GIIAS 2023 berlangsung, penjualan kendaraan bermotor pada Juli 2023 terealisasi di angka 76 ribu unit. Peningkatan penjualan pun terjadi sebesar 13,1 persen mtm menjadi 86 ribu unit setelah acara tersebut usai.

“Kenaikan ini menjadi bukti bahwa penyelenggaraan GIIAS dapat mendongkrak penjualan kendaraan bermotor di Indonesia,” ujarnya.

Penyelenggaraan event tersebut pada tahun ini pun diproyeksikan dapat menjadi katalis yang mendorong masyarakat untuk membeli kendaraan baru sehingga meningkatkan nilai penjualan kendaraan bermotor secara nasional.

Selain itu, pameran tersebut diharapkan dapat mendukung kebijakan pemerintah dalam pengembangan industri otomotif domestik, yaitu untuk menggencarkan produksi serta penggunaan kendaraan rendah emisi dan ramah lingkungan.

Tidak hanya meningkatkan penjualan dan mendukung kebijakan Pemerintah, GIIAS 2024 juga dapat menjadi faktor pendorong peningkatan utilisasi berbagai produk otomotif yang diproduksi di dalam negeri.

Acara tersebut juga bisa berperan sebagai ajang aktualisasi bagi industri manufaktur otomotif dalam negeri untuk memperkenalkan produk dan teknologi terbaru serta memperkuat citra jenama atau brand image mereka.




Dukungan pembiayaan

Gaikindo menyebut bahwa GIIAS 2024 sebagai ajang pameran otomotif kedua terbesar di dunia tahun ini setelah 2024 Beijing International Automotive Exhibition, yang juga disebut Auto China, berkat perluasan area pameran menjadi 120 ribu meter persegi (m2).

Pameran tersebut diikuti oleh 55 merek kendaraan bermotor, baik kendaraan roda dua, roda empat, maupun niaga, meningkat dari tahun sebelumnya sebanyak 49 merek.

Meskipun optimistis bahwa gelaran tersebut akan kembali berkontribusi pada peningkatan penjualan kendaraan tahun ini, Gaikindo selaku penyelenggara tidak menentukan target maupun proyeksi angka penjualan selama event tersebut berlangsung.

Walaupun begitu, pembelian kendaraan selama pameran tersebut diharapkan bisa melonjak  sehingga angka penjualan tahun ini membaik, yang secara otomatis akan berdampak pada peningkatan produksi kendaraan beserta komponennya.

Sebagai upaya untuk mendongkrak penjualan, Gaikindo pun menggandeng Astra Financial sebagai platinum sponsor pameran tersebut beserta 10 unit bisnisnya, termasuk yang bergerak di sektor kredit kendaraan, fintech lending, perbankan, hingga asuransi.

Dengan banyaknya unit bisnis yang dilibatkan, perusahaan pembiayaan tersebut pun menargetkan untuk dapat menyamai pencapaiannya pada penyelenggaraan GIIAS tahun lalu, yakni menyalurkan pembiayaan sebesar Rp2,8 triliun.

Ketua I Gaikindo Jongkie D. Sugiarto menilai bahwa ketersediaan layanan pembiayaan berperan penting dalam meningkatkan angka penjualan kendaraan, mengingat 60 persen aktivitas penjualan mobil di Indonesia dilakukan secara kredit.

Ketersediaan layanan pembiayaan tersebut dapat menjadi salah satu solusi bagi masyarakat yang membutuhkan kendaraan, tapi memiliki anggaran yang terbatas.

Hal tersebut tentunya bisa meningkatkan permintaan terhadap kendaraan sehingga industri otomotif tetap dapat berkontribusi terhadap pertumbuhan perekonomian nasional, meskipun pendapatan per kapita tidak mengalami kenaikan signifikan dan mendisrupsi daya beli masyarakat.

Editor: Achmad Zaenal M
 

Editor: Achmad Zaenal M
Copyright © ANTARA 2024