Ajaran yang disampaikan Uskup Sol selama ini sangat mengena dengan kondisi Maluku saat ini, warga sering berkelahi hanya karena masalah-masalah sepele."
Ambon (ANTARA News) - Pemimpin umat Katolik Roma se-dunia Sri Paus Fransiskus menganugerahi Mgr Andreas Petrus Cornelius Sol piagam penghargaan khusus atas jasa dan pengabdiannya selama setengah abad sebagai Uskup Emeritus Keuskupan Amboina, Maluku.

Piagam penghargaan dari Sri Paus Fransiskus diserahkan oleh Uskup Amboina Mgr Petrus Canisius Mandagie kepada Uskup Andreas Sol, saat syukuran 50 tahun pentahbisan sebagai uskup, di Ambon, Selasa malam.

Uskup Mandagie mengatakan penghargaan khusus serta kartu ucapan selamat dari Paus dikirimkan langsung dari Vatikan ke Keuskupan Amboina.

Uskup Andreas Sol yang berkebangsaan Belanda juga memperoleh ucapan selamat dari Mgr Pietro Parolin, Titular Uskup Agung Acquapendente, Sekretaris Negara, Duta Besar Vatikan untuk Indonesia Mgr Antonio Guido Filipazzi, atas jasanya selama 50 tahun memimpin umat Katolik di Maluku.

Mandagie mengaku kagum dengan semangat Uskup Andreas Sol yang masih tetap mengabdi untuk mempersatukan umat di Maluku, kendati di usia telah mencapai 98 tahun.

"Uskup Andreas Sol di berbagai kesempatan selalu menegaskan kecintaannya terhadap umat Katolik maupun Maluku. Ini dibuktikan dengan pengabdiannya selama 50 tahun di Maluku," kata Mandagie.

Selain itu, Uskup Andreas Sol dalam berbagai kesempatan memimpin misa selalu selalu mengingatkan umat Katolik untuk mengedepankan persatuan dan kesatuan antarsesama, serta menghargai perbedaaan di tengah-tengah masyarakat.

"Ajaran yang disampaikan Uskup Sol selama ini sangat mengena dengan kondisi Maluku saat ini, warga sering berkelahi hanya karena masalah-masalah sepele," katanya.

Uskup Andreas Sol lahir di Sloten Belanda pada 19 Oktober 1915 dari pasangan Cornelius Sol dan Maria Ruhe. Ia mengikrarkan kaul (profesi) pertama di Berg En Dal, Belanda pada 21 September 1935, kemudian mengikrarkan kaul kekal 21 September 1938.

Dia menjalani kuliah filsafat di Arnhem dan kuliah teologi di Seminari Tinggi MSC, Stein Belanda dan ditahbiskan sebagai imam Stein pada 10 Agustus 1940.

Sebagai imam muda Andreas Sol memilih berkarya di Brasil, sehingga giat mempelajari bahasa Portugis, tetapi batal diberangkatkan karena pecah Perang Dunia II, dan setelah perang mereda dia malah ditawari bertugas di Indonesia, dan tiba di Maluku pada 5 Oktober 1946.

Saat tiba dirinya diangkat menjadi pastor pada paroki di Hollat-Haar, Kei Besar selama tiga tahun oleh Mgr Jacobus Grent, MSC yang saat itu menjabat sebagai Vicarius Apostolik Amboina, kemudian diangkat menjadi Superior Daerah MSC Maluku tahun 1950 sekaligus sebagai pengurus persekolahan Katolik di Langgur.

Selama 10 tahun dia menjalankan tugasnya mengurus persekolahan Katolik bahkan untuk seluruh Keuskupan Amboina hingga akhir tahun 1960 dan kemudian dipilih menjadi Administrator Provinsial MSC Indonesia di Jakarta selama tiga tahun.

Akhir tahun 1963, Andreas Sol kembali ke Ambon dan diangkat menjadi Uskup Coadjutor Keuskupan Amboina dan ditahbiskan pada 25 Februari 1964. Dia kemudian diangkat menjadi Uskup Amboina menggantikan Mgr Jacobus Grent, MSC yang pensiun.

Di tengah kesibukan sebagai Uskup Amboina, Adreas Sol giat mengumpulkan buku dan literatur tentang Maluku hanya untuk memenuhi hobinya yang gemar membaca. Semua buku dan literatur yang dikumpulkan bertahun-tahun itu pada akhirnya dikelola menjadi perpustakaan mini.

Dia kemudian mendirikan Perpustakaan Rumphius dan menyumbangkan seluruh buku dan literaturnya untuk disimpan di perpustakaan tersebut. Perpustakaan Rumphius saat ini menjadi salah satu pusat kunjungan para peneliti di Maluku maupun dari dalam dan luar negeri

Koleksi buku milik Uskup Andreas Sol yang saat ini tersimpan di perpustakaan Rumpius mencapai lebih 7.000 eksemplar. Sebanyak 3.000 eksemplar merupakan buku fiksi dan 4.000 lainnya nonfiksi. Sebagian besar merupakan buku tentang Maluku.  (JA/A013)

Pewarta: Jimmy Ayal
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2014