Persahabatan antara ayah saya dengan presiden Tito terjalin sangat akrab."
Serbia (ANTARA News) - Penampilan kesenian Indonesia dalam balutan "Wonderful Indonesia: The Worlds Heart of Wonders" dengan menampilkan peragaan busana rancangan Dian Pelangi dan Afif Syukur dari Yogjakarta berhasil memikat Ibu Negara Serbia, Mrs Dragisa Nikolic, dalam acara gala dinner yang digelar di Ballroom Hotel Crown Plaza, Serbia, Selasa malam.

Malam budaya Indonesia yang digelar dalam rangkaian pameran pariwisata ke-36 International Fair of Tourism (IFT) dihadiri lebih dari 600 undangan termasuk Princes Katherine dan Prince Alexander II Karadjordjevic dari Serbia serta Wakil Menteri Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif RI Dr Sapta Nirwandar dan ibu Kuntari Nirwandar.

Dubes RI untuk Serbia, Semuel Samson mengatakan partisipasi Indonesia sebagai mitra penyelenggara pameran pariwisata dan digelarnya Malam Budaya Indonesian menandai peringatan 60 tahun hubungan diplomatik dan persahabatan antara Presiden Josef Broz Tito dan Presiden pertama Indonesia Soekarno yang telah terjalin sejak tahun 1954 lalu.

Indonesia menjadi mitra pemyelenggaraan pameran pariwisata ke-36 International Fair of Tourism (IFT yang akan berlangsung dari tanggal 27 Februari hingga tanggal 2 Maret dengan mengusung thema Pinisi.

Dalam awal acara malam budaya Indonesia ditampilkan photo-photo slide yang menggambarkan jalinan hubungan persahabatan antara Presiden Pertama RI Soekarno dan Presiden Tito dan juga saat Tito berkunjung ke Indonesia.

Dalam kesempatan itu Dubes memperkenalkan putra Soekarno yang ikut dalam rombongan delegasi Indonesia ke Serbia, Guruh Soekarno yang juga anggota DPR RI.

Guruh Soekarno yang menjadi saksi sejarah hubungan ayahandanya Soekarno dengan Presiden Tito, itu mengakui banyak kenangan yang berkesan, terutama saat paman Tito, demikian Guruh menyebut Presiden Tito yang selalu membawa oleh-oleh berupa buku cerita anak-anak maupun peralatan kemping serta koleksi lengkap perangko Yugoslavia.

"Persahabatan antara ayah saya dengan presiden Tito terjalin sangat akrab," ujar Guruh yang saat pertama Presiden Tito ke Indonesia , Guruh masih berusia lima tahun dan pada saat ia semakin dewasa Guruh pun memahami hubungan kedua pemimpin negara itu.

Tidak lah berlebihan apabila dalam memperingati 60 tahun hubungan Indonesia dengan Serbia yang saat itu masih bernama Yugoslavia, kehadiran Guruh Soekarnoputra memberikan makna tersendiri, ujar Wamem Paremkraf, Dr Sapta Nirwandar.

Acara malam budaya Indonesia yang memikat ibu Negara Serbia, Mrs Dragisa Nikolic yang bertahan hingga akhir acara itu dibagi dalam lima sequence, dengan koreografer Paramandu Soewartomo Soeprapto. Sebelumnya Mrs Dragisa Nikolic yang mengenakan busana Batik meresmikan pekan promosi pariwisata Indonesia di tempat yang sama.

Sepasang anak yang membacakan puisi dalam bahasa Serbia yang khusus ditujukan kepada Ibu negara Mrs Dragisa Nikolic, serta menyerahkan kain selendang jumputan membuat mata sang Ibu Negara berkaca-kaca dan juga terharu.

Pada sequence pertama yang berjudul "Kingdom of Indonesia" diawali dengan penampilan Tarian Gending Sriwijaya yang dibawakan penari dari Sumatera Selatan yang merupakan tarian yang dipersembahkan untuk menyambut tamu istimewa.

Seorang penari yang membawa tempat sirih itu pun mendatangi tempat duduk tamu kehormatan termasuk Ibu Negara Serbia, dan memberikan daun sirih sebagai simbol, acara dilanjutkan dengan peragaan busana yang bertema Songket dan Mahkota Raja , diikuti dengan peragaan busana karya Dian Pelangi.

Sequence kedua yang bertemakan Nature of Indonesia, diawali dengan pertunjukan Archipelago Cloth Performance dengan tari kain, yang diikuti peragaan busana karya disainer terkemuka dari Yogjakarta Afif Syukur.

Fashion show yang bertemakan the Nature of Indonesia, dengan Echo green disain, karya Afif Syukur yang ingin menjadikan batik yang tadinya busana tradisional juga bisa digunakan sebagai busana modren dan gaum malam.

Pada sequence ketiga yang bertemakan Thousand Mask of Indonesia, Afif Syukur kembali menampilkan busana batik dengan warna hitam putih dengan motif tradisional parang, kupu-kupu dan wayang dari bahan sutra dari atbm sutra krep dan sutra sifon.

Batik yang biasanya menjadi busana tradisi Indonesia oleh Afif yang merancang busana pegantin royal wedding Keraton Jogjakarta itu disulap menjadi busana moderen dan busana malam warna hitam putih yang elegan.

Dalam sequence keempat yang bertemakan Indonesia and Bless the World , Dian Pelangi kembali menampilkan rancangan busana yang dikolaborasi dengan tarian dengan mengunakan rancangan kain tenun Bali.

Afif Syukur dan Dian Pelangi kepada Antara London usai peragaan busana mengatakan bahwa satu kebanggaan tersendiri bagi mereka bisa menampilkan karyanya dalam acara malam budaya memperingati hari yang bersejarah hubungan diplomatik Indonesia dan Serbia yang sudah berlangsung selama 60 tahun.

"Saya merasa bangga bisa menampilkan karya dari daerah dan pengrajin batik dipercaya untuk menampilkan karyanya di depan ibu negara Serbia," ujar Afif Syukur.

Dikatakannya rancangannya yang bertema "Batik Haretage to Cosmo," ingin menjadikan batik yang tadinya busana tradisional bisa digunakan sebagai busana modren yang merupakan tantangan tersendiri untuk tampil di kancah internasional.

Dengan motif tradisional parang, kupu-kupu dan wayang dengan bahan sutra dari atbm sutra krep dan sutra sifon, batik yang biasanya menjadi busana tradisi Indonesia disulap menjadi busana moderen dan busana malam warna hitam putih.

Sebanyak 11 busana disiapkan selama sebulan oleh Afif yang dibawakan oleh pragawati Serbia, ujar Afif yang dihubungi Kementrian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif untuk meyiapkan rancangan busana.

Afif yang merancang busana pegantin royal wedding Keraton Jogjakarta itu peragaan busana ditampilan dengan kolaborasi seni budaya tarian topeng yang disutradarai dan kareografer Mas Rama.

Sementara itu pada acara Indonesian Night, seniman tari dari Solo, Danang Pamungkas, yang tergabung dalam kelompok tari Coconut Mind mengatakan bahwa mereka menampilkan tiga repertoar tari yaitu tari Bless the World, Tari Kain ada Tari Maejestic of Mask.

Kreografer Paramandu Soewartomo Soeprapto mengatakan dalam acara malam budaya Indonesia yang ditutup dengan dilantunkannya lagu ciptaan Guruh Soekarno Putra Indonesia Jiwaku dipersiapkan hanya selama sebulan ditengah tengah bencana meletusnya Gunung Kelut. Para seniman tari dai Coconut Mind berasal dari Solo juga perancang busana Afif Syukur yang berdomisili di Jogjakarta. (ZG)

Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2014