Semarang (ANTARA) - Momentum peringatan Hari Mangrove Sedunia digunakan pegiat lingkungan dan konten kreator muda, Jerhemy Owen untuk mengajak anak muda ikut andil menjadi penjaga lingkungan.

"Mencintai lingkungan harus menjadi gaya anak muda sekarang, mulai dari hal kecil, seperti menghindari penggunaan plastik sampai ikut dalam setiap aksi penanaman pohon," katanya usai ikut menanam mangrove bersama pada Bakti Lingkungan Djarum Foundation (BLDF) di Pantai Mangkang, Semarang, Jateng, Rabu.

Di hadapan sekitar 60 mahasiswa yang ikut lokakarya Kopi Darling (KOPDAR), Jerhemy juga mengingatkan pentingnya keberadaan hutan mangrove untuk menjaga abrasi pantai, menumbuhkan ekosistem bagi flora dan fauna, serta mencegah laju perubahan iklim.

Baca juga: Menteri LHK pimpin tanam pohon mangrove serentak dari Bengkalis

Bersama mahasiswa, Owen menanam 2.500 mangrove jenis Rhizopora di lokasi penanaman yang mempunyai ketinggian air 60 sampai 100 cm.

Keberadaan hutan mangrove di sana mampu menahan abrasi, bahkan sudah ada sabuk alami berupa dataran pasir itu sepanjang 1,5 kilometer garis pantai dengan lebar 300 meter yang menjadi penahan gelombang laut.

"Saya sudah menanam 20 batang lebih mangrove di sini. Sebelumnya juga saya ikut aksi menanam pohon di tempat lain, termasuk di Ibu Kota Nusantara (IKN)," katanya.

Mahasiswa tingkat akhir di Avans University of Applied Science, Breda, Belanda itu membagikan tips serta wawasan terkait penggunaan media sosial untuk membagikan inspirasi mengenai kesadaran lingkungan.

"Anak muda lekat dengan label penggagas serta penggerak perubahan. Era digital memungkinkan kita untuk membagikan lebih banyak konten positif, menginspirasi banyak orang untuk turut serta ambil bagian dalam upaya pelestarian lingkungan," katanya.

Ia juga senang diundang BLDF dalam lokakarya dan penanaman mangrove ini agar dapat terus mengekstensifikasi pesan-pesan positif tentang lingkungan.

KOPDAR diselenggarakan di dekat lokasi pembibitan mangrove yang dikelola Sururi, peraih Kalpataru tahun 2024. Di lokasi itu peserta dapat melihat secara langsung dampak ekologis mangrove yang menjadikan area pesisir lebih tahan abrasi dan banjir rob.

Director Communications BLDF, Mutiara Diah Asmara mengatakan sejak 2008, BLDF mendukung upaya pelestarian mangrove oleh Pak Sururi yang mulai merintis hutan mangrove sejak 1997.

"Saya berharap lokakarya ini bisa membantu kita menemukan generasi penerus baru yang senantiasa berkomitmen menjaga lingkungan hidup yang berkelanjutan," katanya.

Sururi pada acara itu menjelaskan sebagai tanaman kaya manfaat, mangrove dapat tumbuh alami di pesisir, namun tingkat harapan hidupnya rendah, karena pengaruh pasang-surut air laut.

Baca juga: KLHK dan PWI tanam mangrove di TWA Angke peringati Hari Pers Nasional

Baca juga: Kalsel tanam 245.000 mangrove pulihkan lahan kritis


"Saya harap apa yang saya perjuangkan ini dapat menginspirasi generasi muda untuk regenerasi sebagai pelestari mangrove,” ujar Sururi.

Pada kegiatan itu, Sururi didampingi Prof Sudharto Prawata Hadi, pakar lingkungan Universitas Diponegoro (Undip) yang merupakan salah satu mentor di masa-masa awal Sururi berkenalan dengan mangrove.

“Apa yang dilakukan Pak Sururi dengan melestarikan mangrove jadi bentuk pembangunan berkelanjutan yang regeneratif, dengan menyembuhkan luka di bumi dan memberi manfaat kepada banyak orang,” katanya.

Pewarta: Budhi Santoso
Editor: Endang Sukarelawati
Copyright © ANTARA 2024