api, latar belakang militer tidak menjadi faktor utama dalam memengaruhi pemilih. Saya kira, faktor utama adalah kharisma personal, dan program yang ditawarkan kandidat,"
Jakarta (ANTARA News) - Tokoh berlatar militer masih memiliki kans dalam sebuah kontestasi, seperti Pilpres, karena publik masih meminatinya, kata Peneliti Charta Politika, Arya Fernandez.

Arya Fernandez kepada wartawan di Jakarta, Jumat, mengatakan, publik masih akan memberikan perhatian khusus kepada kandidat yang berlatar militer.

"Tapi, latar belakang militer tidak menjadi faktor utama dalam memengaruhi pemilih. Saya kira, faktor utama adalah kharisma personal, dan program yang ditawarkan kandidat," ujarnya.

Wakil Sekretaris Jenderal (Wasekjen) Partai Golkar Tantowi Yahya mengatakan, partainya kini memang tengah memantau semua figur menonjol, baik dari kalangan militer ataupun bukan, untuk masuk dalam bursa cawapres diduetkan dengan Ketua Umum Partai Golkar Aburizal Bakrie.

"Yang penting calon pendamping yang satu visi, satu arah dalam membawa bangsa dan negara ini ke tataran yang  lebih baik," ucapnya.

Tantowi mengakui, bila banyak kader di Partai Golkar mengharapkan Ical bisa didampingi oleh tokoh berlatar militer.

Duet sipil-militer, banyak dianggap ideal. Karena itu, partainya juga terus memantau nama-nama tokoh militer yang sekarang beredar dibursa capres dan cawapres. Nama-nama seperti Pramono dan Endiartono, terus ditimang dan dikaji. Tapi, tak tertutup nama tokoh militer lainnya, yang sekarang belum masuk bursa politik, juga akan dipertimbangkan.

Sementara itu, Wasekjen Partai Amanat Nasional (PAN) Viva Yoga Mauladi mengatakan, TNI sebagai institusi sudah mengalami perubahan besar, seiring dengan proses reformasi.  

Menurut dia, TNI adalah penjaga keamanan dan  kedaulatan negara. Institusi militer  menjalankan politik negara, artinya dalam menjalankan tugas itu untuk kepentingan bangsa dan negara.

"Banyak purnawirawan TNI masuk ke partai politik dan menjadi caleg, secara organisatoris tidak ada hubungan struktural dengan institusi TNI. Namun, secara historis mereka tidak bisa dipisahkan. Setelah menjadi purnawirawan itu artinya sudah selesai menjalankan purnatugas formal dan kembali menjadi warga masyarakat sipil seperti lainnya," katanya.

Partainya sendiri, sekarang sudah memutuskan akan memperjuangkan Hatta Rajasa, sebagai capres. Tentu, nama-nama untuk cawapres terus dicari, dikaji dan dipantau. Nama-nama mantan petinggi militer yang sekarang beredar dalam bursa adalah salah satu yang akan dipertimbangkan. Bila suara PAN signifikan dan bisa memajukan Hatta sebagai capres, duet dengan tokoh militer adalah salah satu alternatif yang dipertimbangkan untuk dipilih. Nama-nama, seperti Pramono Edhie, Endiartono Sutarto, Djoko Santoso dan lainnya, masuk radar PAN.

"Ya, kita pertimbangkan semuanya," katanya.(*)

Pewarta: Ruslan Burhani
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2014