Manado (ANTARA News) - Sedikitnya 450 hektar atau 90 persen tanaman rumput laut di Propinsi Sulawesi Utara (Sulut) terserang penyakit ice-ice dan kerugian petani akibat serangan hama itu mencapai Rp20 miliar. "Serangan ice-ice yang kembali muncul tersebut menyebabkan produksi rumput laut turun drastis sekitar 20-30 ton dari target yang diharapkan 300 ton per bulan," kata Kepala Dinas Perikanan dan Kelautan Sulut, Ir F Kaunang, Rabu di Manado, Areal budidaya rumput laut yang belum terserang penyakit di pulau Mantehage Kecamatan Bunaken Kota Manado, sedangkan daerah lain di Sulut termasuk sentra rumput luat pulau Nain, Kabupaten MInahasa Utara (Minut) umumnya alami kerusakan. Penyakit ice-ice terus jadi momok bagi petani rumput laut di daerah itu, karena belum ditemukan cara pencegahan mujarab baik dengan kimia maupun alami, mengatasi serangan penyakit yang menyebar secara cepat tersebut. "Pencegahan hanya dengan cara pindah ke lokasi baru, sedangkan memanfaatkan lokasi bekas terserang ice ice dibutuhkan waktu lama untuk bisa ditanami kembali, itupun tetap beresiko tinggi," kata Kaunang. Tanda-tanda tanaman sudah terserang ice-ice, terlihat keputih-putihan, dahannya cepat patah dan kemudian membusuk. Hal ini terjadi karena daya tahan menjadi sangat lemah, makanya kondisi tanaman sangat labil. Bencana yang menimpa petani rumput laut tersebut sebelumnya pernah muncul beberapa tahun silam, tetapi kemudian dalam tahun ini kembali menyebar secara sporadis dan karena pencegahannya belum ada maka sebagian besar lahan mengalami kerusakan total. "Dinas Perikanan dan Kelautan kerjasama dengan pengusaha telah mendatangkan 40 Kilogram bibit unggul jenis cotony dari Filipina, guna membantu petani yang kesulitan dapatkan bibit akibat penyakit ice-ice tersebut," kata Kaunang. Direktur CV Sumber Rejeki, Reginald Musung, salah satu eksportir rumput laut Sulut, mengakui, serangan penyakit ice-ice tersebut menyebabkan pihaknya menjadi kelabakan memenuhi pasar luar negeri. "Perancis dan China membutuhkan masing-masing sekitar 400 ton rumput laut tiap bulan, terpaksa tak bisa terpenuhi karena pasokan dari petani turun drastis, bahkan akhir-akhir ini menjadi sangat sulit mendapatkannya," kata Reginald. Rumput laut merupakan salah satu produk unggulan daerah itu yang mendapat perhatian serius pemerintah daerah baik melalui Crash Program maupun Revitalisasi Pertanian yang sedang dijalankan di daerah itu.(*)

Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2006