Sebagai contoh editor foto atau video yang sekarang ini sudah banyak teknologi AI menawarkan solusi bahkan tanpa bayar. Hasilnya tidak diragukan lagi menjadi luar biasa bahkan tanpa koreksi sudah siap untuk dinikmati.
Mungkin masih ingat dengan teknologi kartu elektronik yang menggantikan peran petugas pengumpul tol sehingga ketika itu memunculkan isu pemutusan kerja besar-besaran. Hal serupa juga bisa terjadi saat ini apabila AI nantinya menggantikan peran kartu elektronik.
Idenya serupa dengan penerapan jalan berbayar (electronic road pricing/ ERP) yang mencatat berapa sering kendaraan melintasi ruas jalan yang sudah ditetapkan tarifnya. Tagihan nantinya akan datang dengan sendirinya sesuai dengan alamat pengemudi.
Tagihan tidak bisa diabaikan. Sebab, kendaraan tidak bisa lewat dengan leluasa di gardu tol. Palang pintu tol tak akan otomatis terbuka meski kendaraan sudah berada di depan gardu tol, sebelum pengemudi melunasi kewajiban tersebut.
Penggunaan teknologi juga diterapkan terhadap pelanggar lalu lintas melalui tilang elektronik atau dikenal dengan electronic traffic law enforcement (ETLE). Pelanggaran langsung terekam kamera pengawas serta surat bukti pelanggaran langsung dikirim ke alamat disertai foto bukti pelanggaran.
Tidak bersedia membayar sanksi tilang, maka jangan harap pemilik kendaraan itu dapat memperpanjang pajak kendaraannya karena petugas akan menyarankan untuk menyelesaikan pembayaran tilang terlebih dahulu.
Tak hanya itu, dengan teknologi saat ini karya tulis bisa dibuat dalam waktu yang sangat singkat. Pengguna tinggal menyebut tema yang ingin dibuat, bidang yang ingin dikerjakan, referensi yang dipakai, dan beberapa syarat lain maka mesin langsung mengerjakan.
Bahkan tidak tertutup kemungkinan peran jurnalistik juga bisa tergeser ke AI. Kemampuan mesin untuk merekam dan mengolah video, gambar (foto), dan suara sudah mampu menciptakan berita lengkap dengan video, foto, teks, dan narasi (penyiar) berbentuk avatar.
Meski saat ini sudah ada aplikasi yang sanggup merekam suatu karya tulis merupakan bikinan mesin atau tidak. Namun tidak tertutup kemungkinan dengan perkembangan teknologi yang ada sekarang aplikasi itu tidak akan mampu lagi menjalankan fungsinya dengan baik.
Lantas apakah keberadaan AI berbasis big data ini menjadi ancaman ke depan. Mengingat banyak sisi positif juga yang dapat ditawarkan dari teknologi ini. Contohnya, kebijakan Dinas Perhubungan DKI Jakarta yang memakai AI untuk mengatur lalu lintas di 40 lokasi yang diharapkan bisa mengurangi kemacetan secara efektif di Jakarta.
Keberadaan AI juga sebenarnya dapat dipakai TransJakarta dan transportasi publik lainnya untuk menghitung jumlah armada yang harus tersedia setiap waktu dengan memperhitungkan kepadatan penumpang yang ada di setiap halte bus/ stasiun di seluruh daerah layanan.
Akrab teknologi
Kehadiran teknologi AI dan big data memang sudah di depan mata dan geliatnya juga semakin terlihat ada di sekitar kehidupan. Tanpa disadari bagi mereka yang kerap belanja di lokapasar (e-commerce) maka perilaku mereka sebenarnya sudah terdeteksi AI, sehingga ketika membuka toko langganannya sejumlah tawaran dari produk yang kita inginkan langsung tersaji di layar komputer atau handphone.
Hal serupa juga terhadap mereka yang kerap berselancar di media sosial. Kegemaran membuka tema-tema tertentu dan profesi yang sedang digeluti juga terbaca oleh mesin AI. Sehingga seluruh topik yang memang kegemaran kita akan selalu tersaji di akun kita bahkan terkadang dilakukan berulang kali sampai akhirnya kita membuka dan tentunya ada juga aspek komersial di dalamnya.
Lantas bagaimana untuk menyikapinya. Tentunya keberadaan AI dan big data itu tidak bisa ditolak mentah-mentah. Kehadiran mereka tetap harus kita rangkul. Bahkan keberadaan mereka bisa dijadikan alat (tools) untuk meningkatkan kemampuan.
Sebagai contoh di bidang jurnalistik maka kehadiran AI itu bisa dipakai untuk meningkatkan bobot reportase di lapangan. Kehadiran AI akan membuat berita yang tersaji tidak sebatas kepada teks saja tetapi sudah berbentuk video, foto, narasi dalam format digital yang siap untuk disajikan di seluruh kanal media.
Meski fungsi dari AI itu sudah bisa menggantikan foto, video, dan teks. Namun dari semua itu unsur kreativitas, inovasi, keindahan tetap "belum" bisa tergantikan. Peran-peran semacam itu tetap menjadi porsi dari manusia. Tinggal dari kemampuan manusia untuk bisa memanfaatkan teknologi yang ada.
Alat bagi manusia bisa dipakai untuk meringankan pekerjaan tetapi di sisi lain juga dapat dipakai untuk melakukan kejahatan atau untuk hal-hal negatif lainnya. AI sebagai alat sudah ada di depan mata tinggal kebijakan dari penggunanya mau diapakan selanjutnya untuk menghasilkan karya yang berkualitas atau untuk "merusak".
Hal ini yang membuat Kementerian Komunikasi dan Informatika dan Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian menyelenggarakan konferensi dan pameran ASEAN Innovation Business Platform (AIBP) yang membahas tantangan dan peluang teknologi utama di Indonesia.
Dalam ajang yang digelar pada 6 dan 7 Agustus itu juga dibahas mengenai kekhawatiran masyarakat terkait kehadiran AI. Pemerintah sendiri terkait dengan perkembangan teknologi AI memiliki komitmen untuk menghadirkan regulasi yang kuat khususnya terkait privasi dan kekayaan intelektual.
Tata kelola AI yang efektif melibatkan kolaborasi antara pembuat kebijakan, pemimpin industri, dan masyarakat untuk memastikan penggunaan AI yang etis dan praktis. Survei Inovasi AIBP tahun 2024 yang tengah berlangsung menyoroti bahwa 82 persen responden Indonesia memandang masalah privasi dan keamanan sebagai hambatan utama dalam penerapan AI. Mengatasi tantangan-tantangan ini sangat penting untuk mempercepat inovasi AI di Indonesia.
Pemerintah memiliki peran penting ke depan agar dapat menjembatani kesenjangan keterampilan melalui pelatihan kompetensi digital yang ekstensif. Investasi strategis pada platform data terpadu, analisis data, perangkat lunak intelijen bisnis, dan peningkatan konektivitas akan mendorong transformasi dan kemajuan digital yang signifikan.
Penerapan pedoman etika pada AI, sangat penting terutama pada bidang sensitif seperti pemilu dan media sosial. Namun, masih tantangan praktis dalam menerapkan teknologi AI secara etis dan aman masih tetap marak.
Survei
Berdasarkan hasil Survei Inovasi AIBP yang sedang berlangsung, 8 persen perusahaan di Indonesia melaporkan bahwa AI Generatif membawa transformasi pada bisnis mereka secara signifikan, dibandingkan dengan 18 persen perusahaan di Thailand. Kesenjangan ini menyoroti peluang bagi dunia usaha di Indonesia untuk meningkatkan pemahaman mereka tentang AI dan mempercepat inisiatif AI guna membuka peluang bisnis baru.
AI dan otomatisasi otomatisasi dalam Tenaga Kerja: Mengelola Perpindahan Kerja dan Dampak Sektoral Otomatisasi menimbulkan ancaman terhadap lapangan kerja, sehingga muncul kebutuhan untuk mengadakan transisi tenaga kerja yang strategis dan program pelatihan ulang.
Survei Inovasi AIBP tahun 2024 yang sedang berlangsung menunjukkan peningkatan adopsi AI di kalangan bisnis di Indonesia, dengan 63 persen menciptakan strategi dan peta jalan yang berfokus pada AI dan 67 persen menjajaki penggunaan AI untuk otomatisasi proses.
Ketika industri menghadapi berbagai tingkat gangguan, strategi otomatisasi perlu disesuaikan. Konferensi ini akan bertujuan untuk menanggapi pengatasan dari tantangan-tantangan ini untuk merumuskan strategi transisi yang lancar bagi dunia kerja.
Menurut praktisi Irza Fauzan Suprapto yang juga CEO salah satu industri platform di Singapura big data dan AI bisa menjadi landasan transformasi digital di Indonesia yakni melalui pemberdayaan dunia usaha dan lembaga pemerintah untuk mengoptimalkan sisi operasional perusahaan, meningkatkan pengambilan keputusan, dan meningkatkan pengalaman pelanggan.
Dengan memanfaatkan analisa yang didukung AI maka bisa mendorong efisiensi dan inovasi di berbagai sektor seperti keuangan, manufaktur, dan layanan publik, sehingga bisa menjadikan Indonesia sebagai negara dengan ekonomi digital terkemuka.
Pengelolaan risiko digital juga sama pentingnya; dimana penerapan langkah-langkah keamanan siber yang kuat, memperbarui sistem secara berkala, dan melakukan penilaian risiko yang komprehensif merupakan strategi yang tidak dapat dikesampingkan untuk untuk Indonesia.
Lebih jauh Firlie Ganinduto, Wakil Ketua Umum Komunikasi dan Informatika, Kamar Dagang dan Industri (KADIN) Indonesia berpendapat pengelolaan risiko digital secara efektif menuntut organisasi menerapkan langkah-langkah keamanan siber yang komprehensif, memperbarui sistem mereka secara berkala, dan melakukan penilaian risiko secara menyeluruh.
Langkah-langkah penting seperti pelatihan karyawan untuk mengenali ancaman, penerapan kebijakan perlindungan data, dan pengoptimalan teknologi canggih seperti AI guna mendeteksi ancaman perlu dilakukan secara terpadu. Kolaborasi berkelanjutan dengan pakar industri dan kepatuhan terhadap praktik terbaik dalam pengelolaan insiden juga merupakan hal penting.
Selain itu, otomatisasi merevolusi budaya kerja di Indonesia, meningkatkan produktivitas, mengurangi tenaga kerja manual, dan mendorong keunggulan operasional di berbagai sektor seperti manufaktur, keuangan, dan jasa, sehingga mendukung tujuan transformasi digital di Indonesia.
Pemanfaatan AI tentunya harus bercermin dari negara tetangga. Kemajuan sektor usaha di luar negeri tidak tertutup kemungkinan juga didukung kehadiran teknologi ini. Sehingga sudah saatnya regulasi segera digelontorkan agar sektor usaha tetap kompetitif dengan meminimalkan sisi negatifnya.
Editor: Slamet Hadi Purnomo
Copyright © ANTARA 2024