Melalui klip video yang dibagikan di platform media sosial, terdengar para pengunjuk rasa di komunitas Druze di kota itu menyebut Netanyahu sebagai pembunuh sesampainya dia di kota tersebut pada Senin (29/7) untuk menyampaikan belasungkawa atas tewasnya 12 orang dalam serangan rudal pada Sabtu (27/7).
"Orang ini (Netanyahu) tidak akan masuk ke sini," kata seorang pengunjuk rasa.
Netanyahu, yang didampingi oleh kepala dinas keamanan dalam negeri Shin Bet, Ronen Bar, meletakkan karangan bunga di taman bermain tempat serangan mematikan itu terjadi, demikian dilaporkan lembaga penyiaran publik Israel KAK.
Israel menyalahkan Hizbullah atas serangan itu sedangkan kelompok Lebanon membantah bertanggung jawab.
Netanyahu telah bersumpah bahwa Hizbullah akan membayar "harga yang mahal" atas serangan rudal tersebut.
Ketegangan antara kelompok Hizbullah dan Israel meningkat setelah serangan rudal di Kota Majdal Shams, yang dihuni suku Druze, di Dataran Tinggi Golan yang diduduki Israel, pada Sabtu (27/7).
Menurut Radio Angkatan Darat Israel, militer Israel telah merumuskan skenario untuk kemungkinan serangan terhadap Hizbullah dan sedang membahas rencana tersebut secara politis guna menilai situasi.
Kekhawatiran meningkat tentang perang besar-besaran antara Israel dan Hizbullah di tengah saling serang lintas perbatasan antara kedua belah pihak.
Eskalasi itu terjadi di tengah serangan mematikan Israel di Gaza yang telah menewaskan lebih dari 39.300 orang sejak Oktober lalu, menyusul serangan oleh kelompok perlawanan Palestina Hamas.
Sumber : Anadolu
Baca juga: Pemimpin Druze Lebanon peringatkan upaya Israel 'provokasi konflik'
Baca juga: Hizbullah bantah terlibat serangan roket di Dataran Tinggi Golan
Baca juga: Lebanon kutuk aksi kekerasan di Dataran Tinggi Golan
Penerjemah: Kuntum Khaira Riswan
Editor: M Razi Rahman
Copyright © ANTARA 2024