Jakarta (ANTARA News) - Ketua Umum Kontak Tani Nelayan Andalan (KTNA) Winarno Tohir mengatakan bahwa Indonesia memiliki potensi sumber pangan yang belum banyak dimanfaatkan di dalam negeri padahal di negara lain justru menjadi primadona.

"Kalau kita bicara tentang sumber pangan banyak yang bisa kita kembangkan. Primadona pangan kita banyak sekali dari yang terkecil sampai yang tertinggi," kata Winarno dalam acara diskusi Membangun Ketahanan Pangan melalui Penguatan Produk Pertanian Lokal di Jakarta, Kamis.

Winarno memberi contoh melinjo yang dikenal di Indonesia berbahaya bagi penderita asam urat justru dimanfaatkan untuk kesehatan di Jepang. Bahkan Jepang akan mengembangkan melinjo untuk es krim.

"Melinjo mengandung polifenol yang kalau direbus justru baik untuk kesehatan, asal jangan digoreng. Ada penelitian di Majalengka (Jawa Barat) terhadap 200 orang, hasilnya 100 orang yang makan melinjo umurnya lebih panjang," jelas Winarno.

Ia menambahkan minyak kepala sawit (CPO) yang bisa menghasilkan produk-produk bermanfaat lain seperti sabun dan oli apabila diolah.

"Tetapi kenyataannya, Indonesia masih lebih banyak mengekspor bahan mentah minyak kelapa sawit yang keuntungannya lebih kecil apabila diproses lagi menjadi produk lain. Kalau diolah jadi lebih bagus, ikutannya lebih banyak dan harga lebih tinggi. Misal sawit, ikutannya sabun, minyak, dan lainnya. Lalu sekam kalau dibakar, panasnya mengandung turbin lalu karbonnya bisa jadi karbon tinta fotokopi," kata Winarno.

Terkait lahan yang semakin sempit, ia mengatakan hal tersebut berlaku untuk tanaman padi tetapi apabila masyarakat memanfaatkan potensi karbohidrat lain maka persoalan tidak menjadi masalah.

"Lahan sempit kalau bicara padi, iya. Tapi kalau bicara karbohidrat secara umum, kita banyak seperti jagung, singkong, ubi, sagu. Asal karbohidrat tidak harus dari beras saja, makanya ada istilah diversifikasi pangan non beras," jelasnya.

Pewarta: Monalisa
Editor: Aditia Maruli Radja
Copyright © ANTARA 2014