Boyolali (ANTARA News) - Ratusan warga lereng Gunung Merapi di Desa Klakah Kacematan Selo, Kabupaten Boyolali, Jateng, Kamis, kesulitan air bersih, karena ratusan meter saluran pipa menuju perkampungan hanyut diterjang banjir lahar dingin.

Peristiwa banjir lahar dingin dari puncak Merapi yang menerjang ratusan meter jaringan pipa menuju Desa Klakah Ngisor, Selo, pada Rabu (5/3) petang, mengakibatkan warga kesulitan air bersih," kata Budi Haryono (50) tokoh masyarakat di Klakah Boyolali, Kamis.

Menurut Budi Haryono, ada sekitar 200 kepala keluarga di Desa Klakah yang mengandalkan sumber air bersih dari Tuk Kali Apu melalui jaringan pipa. Tetapi, ratusan batang pipa jaringan air bersih yang melitasi Kali Apu tersebut hanyut diterjang banjir lahar, sehingga air terputus.

"Warga kini memang hanya mengandalkan air hujan yang ditampung untuk kebutuhan sehari-hari," kata Haryono yang juga mantan Kades Klakah itu.

Bahkan, lanjut dia, jika warga bergotong royong untuk memperbaiki jaringa pipa air yang hanyut tersebut bisa membutuhan waktu lebih dari sepekan. Karena, warga membutuhkan sekitar 1.500 batang pipa untuk mengembalikan saluran air seperti semula.

"Warga sementara memanfaatkan air hujan, karena mencari air bersih ke sumbernya tidak memugkinkan, selain jaraknya cukup jauh dari pemukiman, juga medannya berat," kata Haryono.

Menurut Slamet (40), warga Klakah Ngisor, bahwa banjir lahar dingin tersebut merusak tiga jaringan air bersih menuju perkampungan. Padahal, setiap jaringan membutuhkan sekitar 500 batang pipa untuk memperbaiki saluran agar kembali lancar.

"Tiga jaringan air bersih yang rusak akibat banjir itu, totalnya membutuhkan sekitar 1.500 batang," kata Slamet.

Menurut dia, terputusnya pipa saluran air bersih tersebut mengakibatkan ratusan warga terpaksa mengkonsumsi air hujan dari bak penampungan yang ada.

Selain itu, warga setempat juga melakukan bergotong-royong memperbaiki jaringan air yang rusak dengan batang pipa yang tersisa.

Menurut Camat Selo, Wur Laksana, akibat banjir lahar dingin dari puncak Merapi tersebut, menyebabkan sejumlah sumber air tertutup material, sehingga banyak jaringan ke pemukiman terputus.

Selain itu, kata Wur Laksana, banjir juga menyebabkan ratusan meter pipa paralon hanyut terbawa arus, sehingga warga kesulitan air bersih.

Namun, pihaknya hingga sekarang belum dapat memperkirakan kerugian yang diderita warga akibat bencana tersebut.(*)

Pewarta: Bambang Dwi Marwoto
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2014