"Kalau lihat dari 11 kelompok pengeluaran, deflasi banyak disumbang dominan dari kelompok makanan, minuman dan tembakau dengan inflasi minus 0,93 persen. Kelompok ini memberikan andil sampai minus 0,18 persen," kata Kepala BPS Provinsi DKI Jakarta Nurul Hasanudin dalam siaran langsung di laman YouTube BPS DKI Jakarta, Kamis.
Adapun komoditas utama penyumbang deflasi pada kelompok ini antara lain daging ayam ras (0,07 persen), cabai merah (0,04 persen), tomat (0,03 persen), bawang merah dan bawang putih masing-masing 0,02 persen.
"Ini lima komoditas yang paling dominan yang memberikan andil deflasi untuk Juli 2024. Informasi ini patut disyukuri, karena memang target inflasi 2,5 persen plus minus satu, tentunya lebih terkendali dengan capaian 1,97 khususnya di 'year on year'-nya," ujar Nurul.
Dia menjelaskan, bahwa deflasi juga terjadi secara nasional yakni di angka 0,18 persen, yang menandakan deflasi di tingkat nasional lebih dalam ketimbang Jakarta.
"Selama lima tahun terakhir, deflasi di Juli kembali terjadi setelah dua tahun sebelumnya berturut-turut selalu terjadi inflasi," katanya.
Namun, Nurul mencatat apabila melihat secara tahunan (year on year), Jakarta mengalami inflasi sebesar 1,97 persen pada Juli 2024.
Penyumbang utama inflasi adalah kelompok makanan, minuman, dan tembakau dengan andil 0,68 persen. Adapun komoditas utama penyumbang inflasi pada kelompok ini adalah beras, minyak goreng dan sigaret kretek mesin (SKM).
"Inflasi tahun ke tahun Jakarta di Juli 2024 tercatat sekitar 1,97 persen. Bulan sebelumnya sudah mencapai 2,23 persen. Artinya dengan deflasi kita di level 0,06 persen itu menjadi kabar baik terkait bagaimana keberhasilan Pemerintah Provinsi DKI Jakarta di dalam melakukan pengendalian inflasi. Ini patut kita syukuri," kata Nurul.
Baca juga: Harga beras Jakarta alami deflasi terdalam pada empat tahun terakhir
Baca juga: BPS sebut harga tiket pesawat jadi pemicu deflasi Jakarta pada Januari
Pewarta: Lia Wanadriani Santosa
Editor: Edy Sujatmiko
Copyright © ANTARA 2024