Ibu petani yang bekerja membuat kompos dapat upah sekitar Rp 30.000 per harinya."
Bantul (ANTARA News) - Sebagian besar petani Bantul sejak lima tahun lalu telah menggunakan pupuk kompos hasil racikan mereka sendiri untuk lahan pertaniannya, dan mereka yakin dapat memperbaiki tanah yang rusak akibat penggunaan pupuk kimia.

"Pada tanah yang rusak, setelah diberi kompos akan langsung baik tanamannya. Tanah rusak dicangkul dan dibajak lalu dikasih kompos, besoknya sudah bagus," ujar Ketua Credit Union Tyas Manunggal (CUTM) yang juga adalah petani padi di Desa Sumbermulyo, Hery Astono di Bantul, Selasa (11/3).

Hery menyebutkan, bahan yang diperlukan untuk membuat kompos, yakni kotoran sapi, dekomposer, kapur pertanian dan tanah dari rumpun bambu.

"Kotoran sapi 30 gerobak kira-kira satu ton. Setelah itu disiram dengan dekomposer yang dibuat sendiri dari tetes tebu dan buah-buah yang busuk. Kita biasa buat satu botol itu untuk enam ton," katanya.

Dekomposer yang digunakan hanya setengah gelas. Dekomposer ini dicampur dengan satu ember air sumur, bukan air sungai.

"Asumsinya kalau air pakai air sungai, bakterinya mati kan tidak fungsional. Bahan ini disiram. Penyiraman diulang tiga kali," katanya.

Setelah dekomposer, bahan yang perlu diberikan adalah kapur pertanian, sekitar sekitar 25 kilogram dan kotoran puyuh kira-kira 15 kilogram.

Kemudian, pada campuran tadi ditambah lagi dengan tanah dari rumpun bambu kira-kira sebanyak 30 kilogram.

"Itu kan satu paket gundukan kotoran, nanti diulang lagi, persis sama sampe tiga kali. Didiamkan hingga tiga minggu sebelum diayak. Kondisinya dibiarkan begini, tidak perlu dibolak-balik," katanya.

Setelah tiga minggu, campuran beberapa bahan tadi diayak lalu dimasukkan karung dan dijahit.

Menurut Hery, kegiatan pembuatan kompos ini mampu menghidupkan perekonomian masyarakat sekitar yang dekat dengan bahan baku kotoran sapi, salah satunya di wilayah Dowaluh, Bantul.

Ia yang melibatkan para ibu mengaku kegiatan ini dapat menjadi sumber pendapatan baru bagi mereka.

"Ibu petani yang bekerja membuat kompos dapat upah sekitar Rp 30.000 per harinya," ujarnya.

Kemudian, lanjut ia, pemasaran pupuk kompos ini dilakukan melalui CUTM yang berlokasi di Desa Sumbermulyo, Bambanglipuro, Bantul.

Saat ini wilayah pemasaran pupuk telah mencapai sejumlah wilayah di luar Bantul, seperti Purworejo, Kulon Progo dan Sleman sekitar Bantul.(*)

Pewarta: Lia Wanadriani Santosa
Editor: Priyambodo RH
Copyright © ANTARA 2014