Pertemuan wakil Eropa dan Afrika ini bisa dibilang dibalut oleh nuansa sejarah dan politik yang terjadi pada masa lampau.
Keterkaitan sejarah dan politik dari keempat negara ini tidak terlepas dari letak geografis Prancis, Spanyol, Maroko dan Mesir yang berada di kawasan laut Mediterania.
Kita mulai terlebih dahulu dari hubungan Les Blues dengan The Pharaohs yang bertarung karena pada tahun 1800-an, tanah Mesir sempat diduduki oleh masa pemerintah kolonial kekaisaran Prancis di bawah pimpinan Napoleon Bonaparte.
Pada rentang tahun 1798 hingga 1801, Napoleon Bonaparte melakukan kampanye untuk menduduki Mesir karena kondisi politik tidak stabil di dalam negeri negara Piramida tersebut.
Selain itu, Prancis yang terlibat perang Eropa Raya juga berambisi memutus jalur dagang Inggris ke India dan sekaligus mengukuhkan pengaruhnya di Timur Tengah.
Pada 1799, imbas lengsernya Napoleon dari kepemimpinan kekaisaran Prancis, kondisi politik Mesir terbagi menjadi dua kubu yaitu pro kemerdekaan dan pro keberadaan Prancis di Mesir. Akhirnya masa kolonial Prancis di Mesir usai pada tahun 1801.
Selain itu, Kanal Suez juga dapat diprakarsai oleh Prancis, namun pembangunan ini akhirnya dirampungkan oleh Inggris karena kondisi sosial politik yang terjadi di Mesir.
Prancis juga meninggalkan beberapa jejak budaya dan pendidikan di Mesir seperti Institut Français d’Égypte, Université Française d’Égypte hingga pekan kebudayaan Prancis-Mesir yang dimulai pada 2019 lalu.
Selanjutnya ada hubungan antara Maroko dan Spanyol yang dimulai pada abad pertengahan dan saat itu ketika tanah Matador dikuasai oleh kesultanan Muslim yang berakhir pada 1492.
Penaklukan yang dilakukan oleh Monarki persatuan Castille dan Aragon memaksa kesultanan Muslim mengakhiri kekuasaan mereka di Andalusia dan memaksa sebagian masyarakat dan petinggi angkat kaki ke Afrika Utara, salah satunya Maroko kini.
Selanjutnya: Hubungan antara Maroko
Editor: Junaydi Suswanto
Copyright © ANTARA 2024