"'Awareness' pemilih paling tinggi terhadap A.S Sukawijaya (Yoyok Sukawi) yakni 16,5 persen disusul Hevearita Gunaryanti Rahayu (Wali Kota Semarang) 11 persen," kata Direktur Eksekutif Indo Barometer M Qodari, secara daring, Selasa.
Hal tersebut disampaikannya dalam FGD "Membaca Peta Politik Jelang Pilwakot Semarang 2024 Jilid 3" yang digelar Forum Media Online Kota Semarang (FOMOS) di Semarang.
Menyusul dua nama itu, Sekretaris Dinas Pemadam Kebakaran Kota Semarang Ade Bhakti Ariawan (6,3 persen), Dico M. Ganinduto (2,8 persen), dan Krisseptiana (istri mantan Wali Kota Semarang Hendrar Prihadi) sebesar dua persen.
Nama-nama lainnya dalam simulasi terbuka atau "top of mind" itu, kata dia, meraih kurang dari 2 persen, sedangkan pemilih yang menyatakan tidak tahu atau tidak jawab sebesar 56.5 persen.
Sedangkan dalam survei tertutup dengan tiga nama kandidat, elektabilitas tertinggi diraih Yoyok Sukawi yang juga bos PSIS Semarang sebesar 50,3 persen.
Lalu, disusul Ita, sapaan akrab Hevearita yang juga petahana dengan elektabilitas 16,3 persen dan Dico 13,0 persen.
"Alasan utama publik memilih calon wali kota adalah karena berpengalaman, kinerjanya bagus atau terbukti, dekat dengan rakyat atau merakyat, hanya nama calon tersebut yang saya tahu dan orangnya baik," katanya.
Ia menyebutkan survei Indo Barometer tersebut dilakukan pada 18 hingga 23 Juli 2024 di 16 kecamatan di Kota Semarang, dengan menggunakan metode "multistage random sampling" dengan wawancara secara tatap muka.
"Jumlah sampel pada survei ini sebanyak 400 responden, dengan margin of error sebesar kurang lebih 4.90 persen, pada tingkat kepercayaan 95 persen," kata Qodari.
Sementara itu, pengamat politik Universitas Diponegoro Semarang Teguh Yuwono mengatakan bahwa peta politik di Pilkada Kota Semarang 2024 berubah sejak Ita selaku Wali Kota Semarang tersandung kasus dugaan korupsi.
"Pengaruhnya sangat besar karena partai tidak akan mengusung orang-orang yang bermasalah. Ketika diusung tentu 'public trust' (kepercayaan publik) pasti turun," katanya.
Menurut dia, pemeriksaan KPK terhadap Ita juga berpengaruh besar bagi PDI Perjuangan karena Ita adalah calon petahana yang sebelumnya memiliki kans besar untuk menang.
Namun, kata Dekan FISIP Undip itu, PDI Perjuangan harus berpikir ulang mengusung siapa jagoannya seiring dengan kasus hukum yang menjerat calon kuatnya.
"Kalau dari kekuatan barangkali enggak berpengaruh, tapi kalau figur sangat besar pengaruhnya. Karena PDIP saat ini tidak memiliki calon alternatif yang cukup kuat," kata Teguh.
Pewarta: Zuhdiar Laeis
Editor: Guido Merung
Copyright © ANTARA 2024