"Jadi saya yakin dalam kurun waktu tidak lama ekspor turunan hilirisasi akan meningkat signifikan. Dan lebih dari itu, tidak ada orang anggap enteng lagi Indonesia bahwa Indonesia ini bisa diatur-atur oleh siapa pun," kata Luhut dalam sambutannya di sela peresmian pabrik tersebut dipantau secara daring di aku Youtube Sekretariat Presiden dari Jakarta, Rabu.
Menurut Luhut, adanya pabrik yang mampu memproduksi bahan anoda baterai sebanyak 80 ribu ton per tahun akan menyaingi China yang saat ini memproduksi 100 ribu ton per tahun.
"Indonesia negara besar, negara yang punya karakter, negara yang bisa mengatakan iya, dan negara yang bisa mengatakan tidak," tegas Luhut.
Dia menjelaskan proyek tersebut dibangun hanya 10 bulan sejak perjanjian investasi ditandatangani Presiden Joko Widodo di China pada Oktober 2023.
"Ini sebenarnya merupakan suatu ekosistem yang kita bangun. Jadi, dengan ekosistem yang sudah terbangun ini Indonesia sudah tidak bisa diabaikan lagi dari mana-mana," ucap Luhut.
Menurutnya, hal itu juga akan menjadi contoh bagi negara lain di dunia. Namun, dia menekankan pentingnya konsistensi dalam dua hal, pertama mengenai legal dan kedua polecy (kebijakan).
Luhut menjelaskan, anoda adalah salah satu komponen utama dalam litium baterai yang berperan sebagai sumbu negatif. Sementara nikel yang hilirisasinya telah dilakukan, selama ini adalah membentuk komponen katoda yang berperan sebagai sumbu positif.
"Jadi tidak bisa karena kita juga masalah tarif ke Amerika itu kita sudah dapat 25 persen sehingga Amerika pun menjadi, melihat bahwa Indonesia itu menjadi tempat atau tempat ini (Indonesia) menjadi impor yang terbaik," tuturnya.
Lebih lanjut dia mengatakan, katoda tidak hanya berasal dari nikel, tetapi ada pula yang berasal dari fostat dan besi yang dikenal sebagai litium Lithium Ferro Phosphate (LFP).
"Namun apapun jenis katodanya, nikel atau LFP tetap membutuhkan anoda ini bagian dari ekosistem yang kita bangun," jelasnya.
Menurut Luhut, pentingnya investasi BTR New Energy Material di Indonesia, apalagi perusahaan itu sebagai produksi anoda atau baterai terbesar di dunia dengan teknologi yang paling maju.
"Pabrik yang akan diresmikan Bapak (Presiden Joko Widodo) hari ini memiliki kapasitas 80 ribu ton yang cukup untuk membuat 1,5 juta mobil listrik," kata Luhut lagi.
Dia bahkan mengungkapkan, bahwa pada awal kuartal IV tahun ini perusahaan tersebut juga akan mulai membangun fase kedua dan diperkirakan akan selesai pada 1 Maret 2025.
"Dan total kapasitas 160 ribu ton. Dengan kapasitas ini, Indonesia akan menjadi produsen anoda baterai nomor dua terbesar di dunia," tuturnya.
Ia menyebutkan, saat ini produksi anoda baterai oleh Jepang hanya memiliki kapasitas sebesar 10 ribu ton. Lalu Korea Selatan 40 ribu ton. Sementara pabrik terbesar di adalah China dengan kapasitasnya adalah 100 ribu ton.
"Jadi kita akan bisa melewati China dalam beberapa waktu ke depan. Dengan adanya pabrik anoda baterai ini ekosistem industri litium baterai Indonesia akan semakin lengkap," tambah Luhut.
Dia menambahkan, keberhasilan Indonesia membangun hilirisasi dan mengembangkan ekosistem mobil dan baterai tidak lepas dari arahan Presiden Joko Widodo dan konsistensi pemerintah dalam menghentikan ekspor nikel ore.
Baca juga: Presiden: Pabrik anoda baterai litium KEK Kendal perkuat ekosistem EV
Baca juga: Pemerintah resmikan pabrik baterai motor listrik TDL ID di Tangerang
Baca juga: Menko Luhut bidik Afrika jadi pasar baterai EV Indonesia
Pewarta: Muhammad Harianto
Editor: Biqwanto Situmorang
Copyright © ANTARA 2024