... tidak boleh ada kelompok masyarakat yang memonopoli sumber daya air...
Sleman (ANTARA News) - Bupati Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta, Sri Purnomo mengatakan peringatan Hari Air Sedunia Ke-22 tahun ini dimanfaatkan sebagai momentum mencanangkan Gerakan Air Bersih di kabupaten tersebut.

"Peringatan Hari Air Sedunia dengan mengusung tema Boyong Tirto Kautaman ini, dimaksudkan agar masyarakat menempatkan pengelola air menjadi orang yang pandai mengelola anugerah Illahi itu," katanya di Kecamatan Turi, Sleman, Sabtu.

Selanjutnya, kata dia, air dimanfaatkan bersama, sehingga ketenteraman hidup dapat dicapai melalui pembagian air yang adil dan merata.

Menurut dia, Pemkab Sleman juga senantiasa mengupayakan pengelolaan sumber daya air sesuai dengan tiga pilar utama yang diamanatkan Undang-undang Republik Indonesia Nomor 7 Tahun 2004 tentang Sumber Daya Air, yaitu pertama konservasi sumber daya air, kedua adalah pendayagunaan sumber daya air, dan ketiga yakni pengendalian daya rusak air.

"Sejalan dengan tema peringatan Hari Air Sedunia Ke-22, yaitu Water and Energy, Pemkab Sleman selalu berupaya meningkatkan daya dukung lingkungan, yang salah satunya berupa konservasi sumber daya air," kata bupati.

Ia mengatakan saat ini di Kabupaten Sleman terdapat 14 embung yang berfungsi dengan baik, dan dimanfaatkan untuk pertanian, perikanan, pariwisata.

Bahkan, kata dia, nantinya juga dapat dikembangkan menjadi salah satu sumber air minum di perdesaan.

"Saat ini Sleman mempunyai 11 DED pembangunan embung yang belum dibangun. Oleh karena itu, kami berharap Pemda DIY maupun BBWS dapat membantu merealisasikan pembangunan embung tersebut, mengingat lokasi-lokasi embung pada DED itu nanti dapat bermanfaat bagi masyarakat, baik kemanfaatan ekologi, ekonomi, dan sosial," katanya.

Pada saat ini, air di lereng Gunung Merapi dimanfaatkan oleh banyak orang, tidak hanya dimanfaatkan sebagai air bersih, namun juga untuk pertanian, perikanan, bahkan air minum dalam kemasan.

"Oleh karena itu, tidak boleh ada kelompok masyarakat yang memonopoli sumber daya air ini, karena pada hakikatnya sumber daya air ini adalah milik bersama, sehingga semua kepentingan masyarakat harus bisa terpenuhi secara adil dan merata," katanya.

Sri Purnomo mengatakan selain konservasi dan pendayagunaan sumber daya air, Sleman juga berupaya mengendalikan dampak negatif dari sumber daya air yang berlebih.

"Dampak erupsi Merapi 2010 masih dirasakan oleh sebagian kecil masyarakat petani di Sleman. Masih ada bendung irigasi yang sampai sekarang belum bisa diperbaiki, termasuk tanggul sungai yang masih mengkhawatirkan jika terjadi banjir lahar dingin," katanya.

Ia mengatakan saat ini terdapat sejumlah 2.082 kawasan irigasi/bendung, dan pada 2013 yang telah dibangun serta diperbaiki sebanyak 150 bendung.

"Sedangkan pada 2014 akan dibangun/diperbaiki sebanyak 92 bendung," katanya.
(V001)

Pewarta: Victorianus Sat Pranyoto
Editor: Ella Syafputri
Copyright © ANTARA 2014