BNPB memetakan keenam provinsi yang mendapat penanganan kebakaran hutan dan lahan (karhutla) berskala prioritas meliputi Provinsi Riau, Jambi, Sumatera Selatan, Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah, dan Kalimantan Selatan.
Kepala Pusat Data, Informasi dan Komunikasi Kebencanaan BNPB Abdul Muhari dalam siaran daring bertajuk disaster briefing yang diikuti di Jakarta, Senin malam, mengatakan bahwa fase La Nina merupakan kondisi cuaca secara umum
berlangsung pada awal Agustus ini yang sebagaimana diprakirakan sebelumnya.
Pada fase tersebut diprakirakan terjadi peningkatan hujan sekitar 20-40 persen lebih tinggi dibandingkan curah hujan saat normal. Namun, kata dia, secara spesifik berdasarkan hasil pantauan citra satelit yang didapatkan BNPB dalam satu provinsi masih terdeteksi titik panas karena hujan belum merata sehingga jika tidak dikendalikan api dapat cepat meluas.
"Untuk itu kami pastikan bantuan melekat dalam pengendalian karhutla dari BNPB kepada ke enam daerah prioritas masih tetap berlangsung," ujar Abdul.
Di sisi lain, menurut dia, operasi pengendalian terus dilakukan berdasarkan pengalaman peristiwa karhutla tahun sebelumnya dan didukung analisa prakiraan cuaca saat ini bersama Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG).
Dalam analisa tersebut pihaknya memprakirakan hujan yang mengguyur di wilayah Indonesia bagian barat masuk dalam kategori sementara dan belum merata pada medio Agustus -- awal September. Sehingga dikhawatirkan setelah fase tersebut berakhir dan tidak terus dikendalikan maka titik panas sewaktu-waktu masih akan muncul kembali dan api cepat merambat.
"Setidaknya dilakukan maksimal sampai kondisi cuaca benar-benar kembali normal pun mayoritas menetapkan status darurat karhutla sampai dengan November (seperti Sumatera Selatan dan Kalimantan Timur)," kata dia.
BNPB mengerahkan bantuan melekat seperti sejumlah armada pesawat, helikopter untuk patroli hingga penyiraman air dari udara (water boombing) beserta peralatan mesin pompa untuk penyiraman darat sudah disebarkan ke-enam provinsi sesuai kebutuhan dari pemerintah daerah setempat. Target utama penyiraman air dilakukan di kawasan lahan gambut dan mineral yang tidak produktif.
Data luas karhutla yang dihimpun tim Pusdalops BNPB tahun ini sampai dengan 22 Juli 2024 mencatat di Provinsi Riau seluas 572,9 hektare, Sumatera Selatan 21 hektare, Kalimantan Tengah 275 hektare, Kalimantan Barat 35 hektare, Kalimantan Selatan 12 hektare, Kalimantan Timur 9,7 hektare, dan Provinsi Jambi sampai 3 Agustus 2024 seluas 126 hektare.
"Secara umum kasus karhutla berhasil dikendalikan tim di lapangan, target kita angka sebarannya seminimal mungkin dibandingkan tahun sebelumnya," ujar Abdul Muhari.
Baca juga: Dishut Kaltim siaga karhutla jaga iklim kondusif di IKN
Baca juga: Helikopterp black hawk bersiap operasi padamkan karhutla di Riau
Pewarta: M. Riezko Bima Elko Prasetyo
Editor: Riza Mulyadi
Copyright © ANTARA 2024